Kamis, 24 Oktober 2024

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1 BLOG RANGUMAN

 


Assalamualaikum

Salam dan Bahagia

Bacalah kutipan ini dan tafsirkan apa maksudnya:


“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”

(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).

Bob Talbert


Dari kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda pelajari saat ini?

Menurut saya maksud dari kalimat tersebut adalah seorang guru mengerti apa yang akan dan harus mereka berikan kepada murid-muridnya, guru tahu kebutuhan belajar murid sebagai dasar pijakan pembelajaran, bukan hanya menyampaikan ilmu akan tetapi lebih pada sesuatu yang dapat menjadikannya berharga. Terkait dengan hal tersebut dalam teknis pengambilan keputusan berbasis nilai kebajikan sebagai pemimpin pembelajaran seorang guru mampu mengambil keputusan yang baik untuk murid-muridnya, keputusan dibuat melalui pertimbangan dan pemikiran serta analisa, sebuah keputusan yang dapat dilihat efeknya baik jangka pendek maupun jangka panjangnya. Dalam menghadapi suatu masalah dilema etika, memiliki nilai-nilai yang bertentangan maka guru dapat menditeksi nilai-nilai tersebut, sehingga ia dapat menyadari posisinya berada di mana, agar menghasilkan suatu keputusan penuh dengan pertimbangan yang berpihak pada kepentingan murid.

Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita?

nilai-nilai /prinsip-prinsip yang kita anut melekat di dalam diri dan dapat menjadi cermindiri dalam bertindak/bertingah laku, sehingga ketika digunakan untuk mengambil suatu keputusan maka keputusan tersebut akan dapat mewarnai memberikan efek/dampak pada lingkungan, baik itu repons positif maupun negatif. Jadi untuk menghasilkan suatu keputusan yang positif maka nilai-nilai/prinsip-prinsip positif pula harus kita miliki/anut.

Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?

Tidak menutup kemungkinan terjadinya konflik/masalah dalam pelaksanaan pembelajaran. karena itu sebagai pemimpin pembelajaran harus memiiki kepekaan sosial dan kemampuan mengatasi masalah, bersandar dengan nilai-nilai kebajikan pengambilan keputusan harus dapat dipertanggung jawabkan, dan selalu berorientasi pada kepentingan murid. Sehingga kita dapat menjadi teladan /real model di depan murid-murid.

Menurut Anda, apakah maksud dari kutipan ini jika dihubungkan dengan proses pembelajaran yang telah Anda alami di modul ini? Jelaskan pendapat Anda.

Education is the art of making man ethical.

Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.

~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~

Dalam proses pendidikan kita tidak hanya memberikan sebuah ilmu kepada murid-murid akan tetapi kita juga menanamkan budi pekerti, budaya, kedispilinan, dan norma-norma agama yang di anut. Seorang guru berinovasi mengembangkan pembelajaran dan mengambil suatu keputusan yang tepat untuk kepentingan murid, dari sinilah terlihat seni dalam pendidikan yang berpatokan pada ilmu tapi lebih mengutamakan adab dan budi pekerti, agar murid-murid yang didiknya menjadi manusia yang beretika dalam berprilaku.

Rangkuman dan Kesimpulan

Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya pendidikan yang berbasis pada karakter dan kebudayaan lokal. Prinsip "Ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani" menggambarkan tiga peran pemimpin: memberi contoh, memotivasi, dan mendukung. Filosofi ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin harus mampu mengambil keputusan yang mempertimbangkan kebutuhan dan konteks masyarakat. Keputusan yang diambil harus mencerminkan nilai-nilai lokal dan mendukung perkembangan individu serta kolektif.

Sementara itu, Pratap Triloka berfokus pada integrasi antara pemikiran rasional dan nilai-nilai spiritual. Dalam konteks pengambilan keputusan, pendekatan ini mengajak pemimpin untuk mempertimbangkan berbagai perspektif—baik logis maupun emosional—sebelum mengambil langkah. Pemimpin yang bijak tidak hanya memikirkan hasil akhir, tetapi juga proses yang dilalui dan dampak keputusan terhadap lingkungan sekitar.

Keduanya mendorong pemimpin untuk:

  1. Berorientasi pada Masyarakat: Keputusan harus mencerminkan kebutuhan dan harapan masyarakat.
  1. Mengintegrasikan Nilai-nilai Budaya: Menghargai dan mengadopsi nilai-nilai lokal dalam proses pengambilan keputusan.
  1. Menjadi Teladan: Pemimpin harus menjadi contoh yang baik, yang dapat memotivasi dan menginspirasi orang lain.
  1. Mendengarkan dan Berkolaborasi: Mengajak partisipasi dari berbagai pihak dalam proses pengambilan keputusan.
  • Keadilan dan Kesetaraan: Keputusan yang tepat harus memastikan bahwa semua murid dan staf diperlakukan dengan adil, tanpa diskriminasi berdasarkan latar belakang, gender, agama, atau kemampuan. Hal ini akan mendorong rasa kepercayaan dan keterbukaan dalam lingkungan sekolah.
  • Empati dan Kepedulian: Setiap keputusan perlu mempertimbangkan perasaan dan kebutuhan individu yang terkena dampak. Dengan memahami perspektif orang lain, pendidik bisa membuat keputusan yang lebih manusiawi, yang menciptakan rasa aman dan nyaman.
  • Melibatkan Semua Pihak: Keputusan yang dibuat dengan melibatkan semua pemangku kepentingan, termasuk siswa, guru, orang tua, dan staf lainnya, akan lebih mudah diterima dan dipahami. Partisipasi ini juga memberi ruang bagi munculnya ide-ide inovatif dan berbagai sudut pandang dalam pengambilan keputusan.
  • Keterbukaan dan Transparansi: Keputusan yang diambil secara transparan akan menumbuhkan rasa saling percaya antara pengambil keputusan dan mereka yang terpengaruh oleh keputusan tersebut. Komunikasi yang jelas dan jujur tentang alasan di balik keputusan akan membantu menciptakan lingkungan yang nyaman dan positif.
  • Perlindungan Fisik dan Psikologis: Keputusan harus dibuat dengan mempertimbangkan keamanan fisik murid dan staf. Hal ini termasuk menjaga kebijakan anti-kekerasan, anti-bullying, serta memastikan ruang kelas dan lingkungan sekolah bebas dari ancaman fisik dan emosional.
  • Pencegahan Stres dan Kecemasan: Keputusan yang mendukung kesejahteraan emosional murid dan staf, seperti kebijakan yang tidak terlalu membebani dan menyediakan dukungan psikologis atau konseling, akan menciptakan rasa nyaman dan aman.
  • Konsisten dengan Aturan dan Kebijakan: Keputusan yang sesuai dengan peraturan yang ada, baik di tingkat sekolah maupun nasional, memberikan kepastian dan stabilitas bagi seluruh komunitas sekolah. Hal ini memastikan bahwa tidak ada kebijakan yang bersifat diskriminatif atau tidak konsisten, yang dapat menciptakan kebingungan atau ketidaknyamanan.
  • Kepatuhan pada Kode Etik: Keputusan yang menghormati kode etik profesi dan standar moral akan menciptakan lingkungan yang profesional, di mana setiap individu merasa dihargai dan dilindungi.
  • Pengambilan Keputusan Proaktif: Selain menangani masalah yang ada, keputusan yang tepat juga harus mempertimbangkan dampak jangka panjang. Kebijakan yang mendorong perkembangan keterampilan sosial dan emosional siswa serta lingkungan yang mendukung pertumbuhan pribadi akan berkontribusi pada terciptanya lingkungan yang kondusif.
  • Fleksibilitas dan Adaptasi: Sebuah keputusan yang baik juga memungkinkan adanya penyesuaian di masa depan jika diperlukan. Lingkungan pendidikan yang dinamis memerlukan kebijakan yang dapat berkembang mengikuti kebutuhan murid dan perubahan situasi.
  • Budaya Kerjasama: Keputusan yang mendorong kerjasama antara murid, guru, dan staf akan memperkuat solidaritas dan rasa tanggung jawab bersama. Ketika setiap orang merasa memiliki peran dalam membentuk lingkungan sekolah, mereka cenderung menjaga suasana yang positif dan aman.
  • Penghargaan atas Prestasi dan Kontribusi: Keputusan untuk memberikan penghargaan kepada murid atau staf yang menunjukkan sikap positif atau mencapai prestasi tertentu juga berperan penting dalam menciptakan suasana yang termotivasi dan penuh semangat.
  • Pengembangan Karakter: Keputusan yang mendukung pendidikan karakter, seperti mempromosikan nilai-nilai seperti integritas, tanggung jawab, dan kerja sama, akan berkontribusi pada terciptanya lingkungan yang aman dan nyaman karena murid akan belajar untuk menghargai dan menghormati satu sama lain.
  • Kedisiplinan yang Konstruktif: Dalam menghadapi pelanggaran aturan, keputusan yang diambil harus fokus pada pendekatan yang mendidik, bukan hanya menghukum. Misalnya, pendekatan disiplin restoratif membantu murid memahami konsekuensi tindakan mereka dan memperbaiki kesalahan dengan cara yang membangun.
Hal-hal yang Di Luar Dugaan

Dengan demikian, penerapan filosofi ini dalam pengambilan keputusan akan menghasilkan pemimpin yang tidak hanya efektif, tetapi juga responsif dan berakar pada nilai-nilai budaya yang kuat.

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita memiliki pengaruh besar terhadap prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan keputusan. Berikut adalah beberapa cara di mana nilai-nilai tersebut memengaruhi proses pengambilan keputusan:

1. Dasar Moral dan Etika

Nilai-nilai mendasari apa yang kita anggap benar atau salah. Ketika dihadapkan pada suatu keputusan, kita cenderung memilih opsi yang sesuai dengan norma dan etika yang kita anut.

2. Prioritas dan Tujuan

Nilai-nilai membentuk prioritas kita. Misalnya, jika kita menghargai keluarga, keputusan yang diambil mungkin akan lebih mempertimbangkan dampaknya terhadap kehidupan keluarga dibandingkan dengan keuntungan finansial semata.

3. Respon terhadap Situasi

Nilai-nilai memengaruhi cara kita merespons situasi tertentu. Seseorang yang menghargai kejujuran, misalnya, akan lebih cenderung untuk memilih transparansi dalam komunikasi, meskipun mungkin ada risiko yang terlibat.

4. Pengaruh Lingkungan dan Budaya

Lingkungan dan budaya tempat kita tumbuh membentuk nilai-nilai kita. Ini memengaruhi cara kita mengambil keputusan, terutama dalam konteks sosial. Kita mungkin lebih mempertimbangkan dampak keputusan terhadap komunitas atau masyarakat luas.

5. Keterbukaan terhadap Perspektif Lain

Nilai-nilai juga memengaruhi keterbukaan kita terhadap pandangan orang lain. Individu yang menghargai keragaman mungkin lebih terbuka untuk mendengarkan berbagai sudut pandang sebelum membuat keputusan.

6. Resilience dan Adaptasi

Nilai-nilai tertentu, seperti optimisme dan keberanian, dapat memberikan kekuatan untuk menghadapi tantangan dalam pengambilan keputusan. Nilai-nilai ini mendorong kita untuk tetap tenang dan bertindak meskipun dalam situasi yang sulit.

7. Akuntabilitas dan Tanggung Jawab

Ketika kita memiliki nilai-nilai yang kuat terkait akuntabilitas, kita lebih cenderung untuk mengambil tanggung jawab atas keputusan yang kita buat dan mempertimbangkan konsekuensinya dengan serius.

Secara keseluruhan, nilai-nilai dalam diri kita menjadi kompas yang membimbing dan mempengaruhi cara kita menilai situasi, memilih opsi, dan bertindak. Oleh karena itu, penting untuk memahami dan mengembangkan nilai-nilai positif agar dapat mengambil keputusan yang lebih bijaksana dan berkelanjutan.

Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Materi pengambilan keputusan sangat relevan dengan kegiatan coaching, terutama dalam konteks bimbingan dan pendampingan selama proses pembelajaran.

Coaching memberikan ruang bagi individu untuk merefleksikan keputusan yang telah diambil. Fasilitator dapat membantu peserta mengevaluasi efektivitas keputusan tersebut melalui pertanyaan-pertanyaan yang mendalam. Misalnya, “Apa hasil yang diharapkan dari keputusan ini? Apakah hasilnya sesuai dengan harapan?” Pendamping dapat membantu peserta dalam mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari keputusan yang diambil. Diskusi ini dapat mencakup aspek-aspek seperti analisis risiko, dampak jangka panjang, dan bagaimana keputusan tersebut sesuai dengan nilai-nilai pribadi.

Coaching mendorong individu untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang lebih dalam. Jika keputusan yang diambil ternyata tidak efektif, fasilitator dapat membantu peserta untuk bertanya, “Apa yang bisa saya pelajari dari situasi ini?” atau “Bagaimana saya bisa mendekati masalah ini dengan cara yang berbeda?”. Proses coaching membantu individu untuk mengembangkan keterampilan dalam pengambilan keputusan dengan memperkenalkan teknik-teknik analisis, seperti SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) atau metode pengambilan keputusan berbasis data. Ini meningkatkan kemampuan mereka untuk membuat keputusan yang lebih informasional di masa depan.

Setelah mengevaluasi keputusan yang telah diambil, coach dapat membantu peserta merumuskan rencana tindakan untuk langkah selanjutnya. Ini termasuk strategi untuk mengatasi tantangan yang mungkin muncul dan mengoptimalkan peluang yang ada. Coaching juga memberikan dukungan emosional yang diperlukan untuk menghadapi ketidakpastian. Dalam proses pengambilan keputusan, seringkali muncul keraguan dan rasa takut. Fasilitator dapat membantu peserta untuk merasa lebih percaya diri dalam keputusan mereka dan mengatasi ketidakpastian tersebut.

Dengan adanya proses coaching, individu dapat memperkuat komitmen mereka terhadap keputusan yang diambil. Melalui diskusi dan refleksi, mereka dapat lebih memahami alasan di balik keputusan tersebut, yang membuat mereka lebih berkomitmen untuk menjalankannya. Dengan demikian, pengambilan keputusan dan coaching saling melengkapi dalam mendukung individu untuk belajar dari pengalaman mereka. Melalui bimbingan yang efektif, individu dapat mengevaluasi keputusan yang telah diambil, menggali pertanyaan-pertanyaan yang masih ada, dan mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk membuat keputusan yang lebih baik di masa depan.

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya sangat penting dalam pengambilan keputusan, terutama dalam situasi yang melibatkan dilema etika. Guru yang memiliki kemampuan sosial emosional yang baik dapat lebih mudah memahami perspektif murid dan rekan kerja. Ini memungkinkan mereka untuk mempertimbangkan dampak keputusan yang diambil terhadap semua pihak yang terlibat. Dalam menghadapi dilema etika, guru perlu mengelola emosi mereka sendiri. Kemampuan untuk tetap tenang dan rasional membantu dalam membuat keputusan yang lebih objektif dan tidak terbawa perasaan.

Guru yang mampu mengelola aspek sosial emosional cenderung lebih baik dalam berkomunikasi. Mereka dapat menjelaskan alasan di balik keputusan yang diambil dengan jelas, sehingga mengurangi potensi konflik. Dengan kesadaran sosial yang tinggi, guru lebih mungkin melibatkan siswa dan orang tua dalam proses pengambilan keputusan. Ini menciptakan rasa keterlibatan dan tanggung jawab bersama.

Guru yang reflektif dan peka terhadap aspek sosial emosional cenderung lebih mampu belajar dari pengalaman sebelumnya, termasuk kesalahan dalam pengambilan keputusan, dan menerapkan pelajaran tersebut di masa mendatang. Secara keseluruhan, kemampuan sosial emosional guru tidak hanya mempengaruhi bagaimana mereka menghadapi dilema etika, tetapi juga membentuk lingkungan belajar yang lebih positif dan mendukung.

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Pembahasan studi kasus yang berfokus pada masalah moral atau etika dalam konteks pendidikan akan sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianut oleh seorang pendidik. Dalam studi kasus semacam ini, pendekatan etis yang digunakan pendidik untuk memecahkan masalah akan mencerminkan prinsip-prinsip moral pribadi mereka, profesionalisme, serta standar etika yang diterapkan di lingkungan pendidikan. Saat membahas masalah moral atau etika, nilai-nilai seorang pendidik akan mempengaruhi cara mereka menilai situasi, memilih tindakan, dan mempertimbangkan dampak keputusan mereka. Studi kasus yang dibahas dengan pendekatan nilai-nilai ini mencerminkan integritas pribadi sekaligus tanggung jawab profesional pendidik terhadap siswa dan komunitas sekolah.

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat dalam konteks pendidikan memiliki dampak signifikan terhadap terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman bagi semua pihak yang terlibat, baik murid, guru, maupun staf sekolah. Untuk memastikan keputusan yang diambil menghasilkan lingkungan seperti itu, beberapa prinsip harus diperhatikan oleh seorang pendidik atau pemimpin pendidikan:

Pengambilan keputusan yang tepat dalam dunia pendidikan tidak hanya berdampak pada penyelesaian masalah, tetapi juga memiliki implikasi jangka panjang terhadap terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Dengan melibatkan nilai-nilai etis, partisipasi seluruh pemangku kepentingan, serta fokus pada kesejahteraan fisik dan emosional, pendidik dapat menciptakan suasana belajar yang mendukung pertumbuhan akademis dan karakter siswa.

Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan yang saya temukan diantaranya:

Inkonistensi dalam Penerapan Aturan: Jika aturan tidak diterapkan secara konsisten, hal ini dapat menciptakan rasa ketidakadilan di antara murid dan staf, yang pada akhirnya mempersulit pengambilan keputusan etis yang transparan dan dapat diterima oleh semua pihak.

Tekanan dari Pihak Eksternal: Sering kali, ada tekanan dari orang tua, masyarakat, atau otoritas yang memengaruhi keputusan yang diambil dalam menghadapi dilema etika. Hal ini bisa menciptakan situasi di mana pendidik atau pihak sekolah merasa tertekan untuk membuat keputusan yang mungkin tidak sejalan dengan prinsip etika profesional, hanya untuk menyenangkan pihak-pihak tertentu.

Paradigma Pendidikan yang Berubah: Perubahan paradigma pendidikan yang lebih berfokus pada pendekatan humanis, holistik, dan berbasis inklusi sering kali bertentangan dengan pendekatan tradisional yang lebih berbasis hierarki dan disiplin kaku. Misalnya, pergeseran dari pendekatan hukuman ke pendekatan restoratif dalam menangani pelanggaran disiplin murid dapat menimbulkan dilema etika bagi guru yang masih berpegang pada pendekatan lama.

Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengambilan keputusan yang diambil oleh pendidik memiliki pengaruh besar terhadap terciptanya pengajaran yang memerdekakan murid. Prinsip pembelajaran yang memerdekakan menekankan pada memberikan kebebasan kepada murid untuk berpikir kritis, menggali potensi diri, dan berpartisipasi aktif dalam proses belajar. Untuk mencapai hal ini, keputusan yang diambil oleh pendidik harus berlandaskan pada pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan, potensi, dan keunikan setiap murid.

Pengambilan keputusan dalam pengajaran yang memerdekakan murid harus selalu berpusat pada pengembangan potensi individu mereka dan menciptakan ruang bagi kebebasan berpikir serta kreativitas. Untuk memutuskan pembelajaran yang tepat bagi murid yang memiliki potensi berbeda-beda, pendidik perlu memahami kebutuhan murid, fleksibel dalam pendekatan, dan menyediakan lingkungan yang inklusif dan mendorong partisipasi aktif. Dengan membuat keputusan yang mendukung perkembangan holistik murid, pendidik tidak hanya mengajarkan pengetahuan, tetapi juga memberdayakan murid untuk menjadi individu yang mandiri, kritis, dan siap menghadapi tantangan kehidupan.

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran memiliki dampak jangka panjang yang signifikan terhadap kehidupan dan masa depan murid-murid. Dari menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung, hingga memastikan akses pendidikan yang berkualitas dan relevan, setiap keputusan dapat membentuk karakter, keterampilan, dan peluang murid dalam menghadapi dunia. Pemimpin pembelajaran yang bijaksana dan peduli tidak hanya akan mempersiapkan murid untuk sukses akademis, tetapi juga membekali mereka dengan keterampilan dan nilai-nilai untuk menjadi individu yang mandiri, berpikir kritis, dan berkontribusi positif bagi masyarakat di masa depan.

Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Secara keseluruhan, pembelajaran dari modul ini memperkuat pentingnya pengambilan keputusan etis, berbasis nilai, dan berpusat pada murid sebagai fondasi dalam kepemimpinan pendidikan. Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran memiliki dampak besar pada masa depan murid, dan harus selalu mendukung pengembangan potensi, kesejahteraan, dan karakter murid. Keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya terlihat jelas dalam bagaimana pemimpin pembelajaran harus memperhatikan aspek-aspek seperti pengajaran yang memerdekakan, diferensiasi pembelajaran, dan pendekatan holistik untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih inklusif, adil, dan relevan dengan kebutuhan dunia modern.

Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Secara keseluruhan, modul ini memberikan wawasan yang mendalam tentang cara membuat keputusan yang tidak hanya tepat dari segi hasil, tetapi juga sesuai secara moral dan etis serta dapat dipertanggungjawabkan dihadapan manusia dan Tuhan. Penggunaan kerangka kerja seperti empat paradigma dan prinsip-prinsip pengambilan keputusan memberikan pemahaman yang lebih jelas tentang kompleksitas dilema etika yang sering dihadapi pemimpin dalam pendidikan dan kehidupan profesional.

  • Yang mengejutkan adalah betapa sistematisnya pendekatan pengambilan keputusan etika dalam modul ini. Saya menyadari bahwa pengambilan keputusan moral sering dianggap sebagai proses internal yang intuitif, tetapi dalam kenyataannya, ada metode yang sangat terstruktur untuk membantu pemimpin dalam situasi kompleks.

  • Saya juga terkesan oleh betapa seringnya dilema etika tidak memiliki solusi yang jelas benar atau salah. Seringkali, keputusan yang diambil akan menimbulkan ketidakpuasan atau kerugian bagi beberapa pihak, bahkan ketika semua pertimbangan etis sudah dilakukan dengan cermat.

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Pernah, Perbedaan yang saya rasakan bahwa tadinya saya tidak mengenal paradigma-paradigma dilema etika serta tidak mengenal 9 langkah-langkah pengambilan keputusan akan tetapi ternyata keputusan yang telah saya ambil dan saya buat dapat sesuai dan sejalan dengan paradigma, prinsip dan 9 langkah pengambilan keputuasan tersebut

Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Keputusan yang saya ambil kedepannya apabila menjumpai kasus dilema etika kembali saya akan mencoba menjalankan tahap-tahap pengambilan keputusan yang tidak jauh berbeda dari yang telah saya lakukan sebelumnya hanya perlu memoles di beberap ahal yang masih kurang singkron seperti melalui berbagai uji pada 9 langkah pengambilan keputusan.


Pangkalpinang, 24 Oktober 2024

Teregerak

Bergerak 

Menggerakkan


Terimakasih.


1 komentar:

  1. teruslah tanamkan hal-hal yang prinsip dalam setiap argumen dan semangat terus, bergerak mendekat pada perubahan yang lebih baik

    BalasHapus

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1 BLOG RANGUMAN

  Assalamualaikum Salam dan Bahagia Bacalah kutipan ini dan tafsirkan apa maksudnya: “Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajar...