Senin, 26 Juli 2021

Resum 7 (mencoba tepat waktu)

 

“Menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi” tulis Om Jay

 

Duduk manis disuguhi permen

Kuliah menulis dengan pemateri keren

Duduk bersila di atas tikar

Tak mengenal usia yuk kita belajar

 

Lepat disusun bersama lauknya

Buka pintu dengan dulang-nya

Menyingkat kata menyusun bahasa

Dari sepintu sedulang kami berkarya

 

            Malam ini mencoba untuk tepat waktu membuat resum, namun tidak bisa secepat kilat merangkum dan menterjemahkan maksud dari narasumber, butuh waktu buat otak kecil ini mencerna kata demi kata rangkaian kalimat dari keseluruhan materi kuliah, berikut ini resume saya sajikan

 

Resum 7

Menerbitkan Buku Semakin Mudah di Penerbit Indie

 

            Mukadimah kuliah ke-tujuh ini disampaikan Om Jay Guru Blogger Indonesia yang merasa senang berjumpa para peserta walaupun hanya di dunia maya, beliau pun berharap dapat berjumpa di di dunia nyata dan membuat kita selalu berkarya untuk bangsa.

            Anak muda ini baru berusia 29 tahun, keren, ganteng dan penuh prestasi, seorang guru SD dengan segudang blog, bernama Raimundus Brian Prasetyawan, S.Pd. yang memberikan kuliah malam selama dua setengah jam,  di dampingi moderator handal yang cantik, seorang ibu muda kreatif penuh mimpi bersemangat tinggi beliau adalah ibu Aam Nurhasanah,S.Pd.

            Mengawali kelasnya dengan mengucapakan syukur bahwa kita dapat berinteraksi dalam pelatihan belajar menulis ini walaupun hanya lewat WA, tak lupa terimakasih kepada Om Jay yang telah membuat wadah pelatihan, sehingga guru penulis se-indonesia dapat terhubung dan saling mendukung. Beliau pun kemudian mulai berbagi pengalamannya, sejak menjadi peserta gelombang 4, sampai ikut membantu Om Jay mengurus pelatihan hingga sekarang.

            Secara umum materi malam ini dapat ambil garis besarnya yaitu:

1.      Menerbitkan buku semakin mudah melalui penerbit indie yang melayani penerbitan buku tanpa seleksi, naskah pasti diterbitkan dengan proses mudah dan cepat. “Penerbit akan senang jika kita hubungi, penerbit sering bilang jika punya tulisan di laptop jangan disimpan, tapi kirimkan ke penerbit. Jadi kita percaya diri saja”ujar Pak Brian

2.      Konsekuensi mencetak buku melalui penerbit indie adalah penulis harus mengeluarkan biaya untuk mendapatkan fasilitas pra cetak penerbitan yang memuaskan. “Pilihlah penerbit sesuai ukuran kantong” nasehat ibu Aam

3.      Penulis harus memahami ketentuan tiap penerbit indie karena setiap penerbit punya ketentuan yang berbeda-beda. “Tim pengurus pelatihan belajar menulis tidak membimbing peserta ketika menerbitkan buku. Peserta langsung berurusan dengan penerbit indie yang dipilih sendiri” nasehat Pak Brian

4.      Penulis jangan memberi target kapan buku harus selesai terbit karena naskah yang di kiriman harus mengantri untuk diproses dan juga menunggu ISBN.

 

Pemateri muda ini begitu polos dan jujur menjawab pertanyaan peserta “apa alasannya memilih penerbit indie”, beliau pun menjawab ”saya waktu itu memilih penerbit indi karena merasa belum bisa memenuhi ketentuan penerbit mayor, awalnya saya memilih Gemala karena alasan sepele lokasinya di depok tidak jauh dari rumah sehingga akan hemat ongkir”. Beliau pun dengan sabar menjawab dan menjelaskan dengan detil satu-persatu pertanyaan peserta. Tanpa terasa dua setengah jam pun terlewati tepat pukul 21.38 menit kuliah malam ini diakhiri dan ditutup oleh moderator.

 

 Pangkalpinang dibawah kerlip bintang

Derliana, S.Si

Minggu, 25 Juli 2021

Resum 6(Better late than Never)

 

“Tak ada gading yang tak retak. Tak ada manusia yang sempurna, Kolaborasi atau kerjasama itu penting dalam membangun kesuksesan diri. Jadilah guru tangguh berhati cahaya.” Kalimat penyemangat penuh harapan yang disampaikan OmJay sebagai pembuka pertemuan ke-enam pekan ke-dua pelatihan belajar menulis di PGRI. Rumah bahagia bagi para guru Indonesia.

Resum 6

MENULIS MEMBUATKU NAIK KELAS DAN BERPRESTASI


            Kuliah malam ke-enam ini dipimpin oleh Ibu Maesaroh,M.Pd, seorang bloger milenial yang bertugas sebagai moderator, dan materi bertema “Menulis Membuatku Naik Kelas dan Berprestasi” di isi oleh Ibu Aam Nurhasanah,S.Pd, seorang motivator, juara pertama lomba blog PGRI dan dalam 1,5 tahun telah menulis 20 buku ber-ISBN, sungguh pencapaian luar biasa hebatnya.

            Rasanya ingin menangis membaca materi dan pemaparan dari Ibu Aam, tak mampu diri ini merangkai kata-kata indah buat merangkum materi sebagai resume karena takut salah. Ada rasa gundah-gulana apa yang mau diri ini lakukan, karena merasa tidak lah pantas dan tidak pas untuk menyelesaikan tugas ini. Semoga Ibu Aam memberikan maafnya apabila yang saya tuliskan ini menyimpang dari yang ibu maksudkan.

            “Better late than never” Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali, ini adalah pecutan semangat yang luar bisa menggebu sebagai motivasi dari Ibu Kanjeng kepada Ibu Aam, dan sekarang dari Ibu Aam kepada saya khususnya, terimakasih.. walaupun saya gagal pada kuliah penulisan buku ini saya tidak akan menyesal. Untuk seorang yang awam akan dunia tulis-menulis ini bagi saya bisa menyelesaikan resum saja sudah Alhamdulillah.

            Pertemuan ini di isi kisah seorang guru muda bernama Aam Nurhasanah, yang mengikuti pelatihan menulis Om Jay ini di gelombang ke-delapan, beliau memiliki cita-cita ingin menjadi moderatordikelas menulis Om Jay, namun impian nya hilang karena tidak fokus dan bingung dengan tugas menulis resum yang baik. Beliau pun memupuk asa kepercayan dirinya dengan mengikkuti kembali kelas di gelombang ke-duabelas, dengan semangat yang mengebu-gebu ingin segera terbit buku, beliau pun bergabung dalam grup antologi, dan akhirnya terbitlah buku pertama “Semangat Menulis Bersama Bu Kanjeng” dan ini sebagai lecutan dirinya untuk membuat buku solo sendiri. “Ikatlah Ilmu dengan menuliskannya. Biarlah tulisanmu menemui takdirnya” kata-kata penuh makna dari Bu Kanjeng sebagai pemantik bara.

            Tak cukup sampai di sana seorang Aam Nurhasanah pun masih haus akan ilmu setelah berhasil membuat beberapa buku solo dan menjadi moderator online, beliau pun bermimpi menjadi editor andal. Sebelum mimpi ini terwujud beliau terlebih dahulu di beri amanah sebagai kurator. Kurator adalah penghimpun naskah dan administrasi yang masuk hingga buku sampai ke pembaca. Beliau juga mengikuti berbagai lomba sebagai tambahan ilmu. Bahkan masih merasa kurang ilmu juga beliau pun ikut kelas menulis satu minggu yang diadakan Prof. Ricardus Eko Indraji (Ekoji) dan naskahnya tembus ke penerbit mayor PT Andi Opset Yogyakarta. Kembali kemimpi beliau menjadi seorang editor, suatu ketika beliau meneima telpon dari muridnya yang memintanya mengedit naskah, pengalaman inilah yang membawa Ibu Aam mewujudkan mimpinya menjadi seorang editor.

            Kegagalan di gelombang ke-delapan menenpa dirinya untuk terus belajar dan berbagi serta bermanfaat bagi orang lain. Jangan pernah berhenti bermimpi dan wujudkan mimpi itu menjadi karya nyata jangan hanya sebatas pikiran dan angan-angan. “Tulislah apa yang ada didalam pikiran, awali dengan kata bijak sebagai motifasi, kamu akan menjadi sesuatu from zero to hero” ini adalah tips dan semangat dari Ibu Aam.

 

MENULISLAH AGAR HIDUPMU BERMAKNA,

MENULISLAH AGAR HIDUPMU BERWARNA,

MENULISLAH HARI INI AGAR ENGKAU DIKENANG ESOK HARI

-AAM NURHASANAH

 

Harapan yang besar semoga pengalaman Ibu Aam ini dapat menjadi motivasi dan inspirasi buat saya pribadi dan teman yang membaca blog ini.


Derliana di pulau Bangka

Balada Soto Saat Lebaran


Hiruk-pikuk menjelang hari lebaran sudah lumrah terjadi di keluarga besar ku, namun lebaran kali ini berbeda, karena keluarga adikku terkena covid dan besok saat lebaranlah hari terakhir isolasinya meskipun sudah dinyatakan negatif oleh tim medis hasil pcr terakhirnya. 

Aku, Ibuku, dan adikku memiliki rumah yang  berdampingan  dalam satu halaman besar. Kalau lebaran biasanya kami masak bersama. Lebaran kali ini memang beda hanya aku dan ibu yang menyiapkan hidangan itupun sangat sederhana ala kadarnya, ibu memasak rendang khas keluarga, aku membuat kue bolu lapis, dan terakhir ada satu yang masih belum di sentuh, sepenggal kaki bawah sapi masih utuh padahal hari sudah menjelang sore. 

Akhirnya kaki itupun di bakar, dibersihkan bulu dan kuku nya, matahari pun bergulir kearah barat tak terasa hari pun hampir maghrib. Berpandangan lah kami melihat kaki yang baru selesai di bersihkan, "ini mau dimasak apa?" tanya ku, "aku riques soto betawi" Pinta adik ku, ibu hanya tersenyum "kerjakanlah" Setengah bingung ku bawa juga potongan kaki tersebut pulang ke rumah, ahh besok senin aku sekolah sementara lebaran hari selasa, merebus kulit dan urat kaki sapi itu lumayan lama, oh soto betawi soto betawi demi keluarga besar ini bismillah harus jadi. 

Malam lebaran pun tiba kaki sapi ku belum lunak juga, tekstur kulit yang kenyal membuatnya harus direbus begitu lama, sementara aku tak punya cukup waktu untuk menyelesaikannya. Di sela takbir mendayu pukul 3 pagi kembali ku nyalakan kompor untuk memasak soto betawi, bumbu halus racikan sendiri pun telah jadi, tinggal eksekusi, sampai pagi tiba, selesai sholat idul Adha soto betawi pun tersaji di meja panjang tempat keluarga besar berkumpul, alhamdulillah semua menikmatinya. 

Resum 5 (impian)

 

MENGENAL PENERBIT INDIE

Guru    : gantunglah cita-cita mu setinggi langit

Murid : mana mungkin dapat ku gantung, bukankah ibu katakan langit itu adalah batas jauh mataku memandang?

Guru    : kalau begitu ingatlah ini saja

Murid : apa itu duhai ibu?

Guru    : sebuah lagu lama “Takkan lari gunung dikejar, usah hati cemas berdebar, walau pun jauh perjalanan, takkan lari gunung di kejar” gunung itu cita-citamu maka gapailah

 

            Mungkin membuat sebuah buku adalah cita-cita sebagian orang J akan tetapi bisa jadi ini hanyalah mimpi buat banyak orang di luar sana. Menulis sebuah buku dan diterbitkan adalah sesuatu yang sangat luar biasa buat orang kebanyakan, melihat kelompok penulis, motivator, editor, bahkan wartawan saja sudah seperti melihat kelompok ekslusif yang wah sekali standar keilmuannya.

            Kuliah malam ini masih di hari Ied Mubarok, menghadirkan seorang Bapak guru dari Lamongan, beliau bernama Mukminin, M.Pd sebagai narasumber dan Mr.Bams sebagai moderator. Di awali dengan salam, sholawat dan berdo’a kegiatan ini berlangsung khidmat dan tertata rapi dari awal sampai akhir. Beliau akrab di sapa Cakinin ini telah banyak munulis buku dan diterbitkan, berikut ini beliau akan berbagi mengenai “Mengenal Penerbit Buku Indie”, kuliah malam ini dapat dibagi menjadi tiga sesi/ bagian paparan.

            “Semua orang akan mati kecuali karyanya, mak tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat kelak”.-Ali bin Abi Thalib, salah satu kata mutiara sebagai penyemangat awal dari materi kuliah malam ini. Pada bagian pertama Narasumber memaparkan dengan sangat detil tahapan cara menulis dan menerbitkan buku yang tepat diantaranya:

 Prawriting merupakan tahapan pencarian ide yang menuntut penulis harus peka terhadap lingkungan, kreatif dan juga banyak literasi.

Drafting merupakan tahapan pengembangan ide menjadi tulisan berupa naskah kasar.

Revisi merupakan tahapan seleksi naskah yang baik, perlu tambahan atau pengurangan.

Editing/Swasunting merupakan taapan perbaikan naskah muai dari tanda baca, sampai kaidah EBBI yang baik dan benar.

Publikasi merupakan tahapan penebitan naskah yang siap menjadi buku.

            Selanjutnnya bagian ke-dua Narasumber (Cakinin) mengajak peserta mengenali penerbit buku, apa saja perbedaan penerbit besar dan penerbit indie, beliau memberi judul bagian ini dengan “Ayo Melek Penerbit Buku” berikut ini paparan beliau yang saya sederhanakan.

Perbedaan Penerbit Mayor dan Indie

No.

Keterangan

Mayor

Indie

1.

Jumlah Cetakan

1000-3000 eksemplar

Sesuai pesanan

2.

Pemilihan Naskah

Naskah melalui tahapan seleksi prosedur.

Tidak menolak naskah selama tidak melanggar UU hak cipta

3.

Profesionalitas

ya

ya

4.

Waktu Penerbitan

1-3 bulan untuk konfirmasi maskah diterima atau tidak lalu menunggu giliran cetak.

Dalam hitungan minggu buku bisa terbit

5.

Royalti

10% dari total penjualan

15-20% dari harga buku

6.

Biaya Penerbitan

gratis

Berbayar sesuai aturan penerbit

Dari tabel di atas dapat dibaca sebagai penulis pemula kemana pilihan penerbit yang dapat membantu kita membuat sebuah buku. Beliau juga menyampaikan bahwa ada tiga penerbit indie  dalam grup belajar menulis besama PGRI asuhan OmJay.

            Bagian ke-tiga Cakini memperkenalkan penerbitan KAMILA PRESS LAMONGAN, dan beliau juga memaparkan syarat-syarat penerbitan di sana seperti kirimkan naskah lengkap (judul, kata pengantar, daftar isi, daftar pustaka, biodata penulis, foto dan sinopsis) diketik A5 front 11, margin 2(kiri, kanan, atas, dan bawah), huruf : arial, calbiri, atau cambria, serta rincian biaya cetak buku A5 kertas Bookpaper contohnya untuk buku  60 halaman: cetak 5 buku = Rp570.000,00; cetak 10 buku Rp650.000,00.

 

Buah manggis buah rukam

Musim durian di ikuti rambutan

Belajar menulis membuat resum

Cukup sekian walaupun serabutan

           

 

Pangkalpinang, 25 Juli 2021

Derliana,S.Si


Sabtu, 24 Juli 2021

Resumen 4 yang tertunda

 

Purnama merekah merah di bulan haji

Indah berseri seperti titah Permaisuri

Sukacita menulis walau tak muda lagi

Merangkai kata pembuka resum ke-4 ini

Resum 4

MENULIS BUKU DARI KARYA ILMIAH

 


            Takbir menyabut hari Raya Idul Adha menggema di malam yang syahdu, takbir yang dinanti setelah berbuka puasa sunah arafah, saat seorang ibu sibuk dengan pekerjaannya menyiapkan hidangan kecil dan sederhana dimasa pandemi sambil sesekali melirik, membuka WA mengikuti kelas belajar menulis Om Jay.

            Narasumber yang masih muda smart dan cantik ini bernama Ibu Noralia Purwa Yunita, M.Pd di dampingi moderator yang tak kalah enerjiknya seorang Ibu muda belia ceria dengan tulisan dan semangatnya Ibu Aam Nurhasanah,S.Pd membuat pertemuan online ini sangat sayang untuk dilewatkan.

            Materi pertemuan kali ini yang disampaikan Ibu Noralia sangat dalam padat dan berisi, menulis karya ilmiah memanglah menjadi makanan sehari-hari seorang guru dari merancang perangkat pembelajaran, membuat atau menyusun lembar kerja siswa, membuat modul/diktat sebagai bahan ajar tambahan yang digunakan di sekolah masing-masing, PTK dsb, akan tetapi tak terbesit dalam pikiran untuk mencetaknya atau mempublikasikannya menjadi sebuah buku. Teringat 11 tahun yang lalu saat hamil tua berjibaku membuat dan mengerjakan bahan ajar sempat di tegur suami “ apa yang kau lakukan bermalam-malam di depan laptop” sembari menghampiri dan membaca bahan ajar yang sudah di print “kita kirim ke penerbit ini bisa jadi buku” ujarnya, dan aku hanya tersenyum aneh.

            Membuat buku dari karya ilmiah ternyata tidak sesulit yang dibayangkan, hal ini terlihat dari paparan ibu Noralita, yang pertama harus dilakukan adalah merubah judul KTI menjadi judul buku dengan menghilangkan materi, subjek dan tempat penelitian. Ke-dua ubahlah bab I “masukkan pembelajaran secara umum, alasan menggunakan metode/media/model pembelajaran yang kita teliti”. Ke-tiga yang harus dilakuan adalah menyederhanakan bab II KTI menjadi materi pada bab II, bab III, bab IV buku sesuai dengan banyaknya kajian teori yang ada. Ke-empat yaitu mengubah bab hasil penelitian menjadi bab V  buku yang isinya berupa uraian dari hasil penelitian, data-data yang dikumpulkan sampai dianalisis. Narasumber juga menambahkan bahwa ”penyajian KTI dan buku secara kebahasaan memiliki gaya yang berbeda sesuai dengan keinginan dan ide dari penulis dan jangan lupa meberi ulasan kelebihan dan kelemahan penelitian yang dilakukan”. Dan yang terkhir yang sangat penting Ibu Noralia berpesan agar daftar pustaka tidak menggunakan situs blog pribadi ambilah dari blog resmi seperti kemendibud.go.id.

            Satu kalimat pamungkas yang sangat meresap dihati, sebagai penutup dari ibu Narolia “abadiakan diri kita lewat tulisan karena meskipun kita sudah tiada karya kita tetap abadi selamanya”

Purnama semakin meninggi ditengah gelapnya malam

Resum ini ku akhiri dengan ucapan selamat malam

 

Kace Timur, malam minggu yang hening

derliana

Jumat, 23 Juli 2021

RESUM 3

Namakku Derliana dari Pangkalpinang, pertemuan ke-3 tanggal 16 Juli 2021, aku baru bisa bergabung membuka WA grup pada pukul 19.55 WIB setelah menina-bobokan anak-anak, jari ku langsung meneruskan setiap isi wa ke grup khusus diriku menyimpan data, karena kutahu bahwa resum ini tak dapat langsung ku kerjakan bahkan untuk beberapa pertemuan kedepan.

Alhamdulillah hari ini sabtu, 24 Juli 2021, pukul 7:38 WIB, baru dapat kubuka kembali data yang kusimpan, Bismillah resum ke-3 ini siap dikerjakan.

Resum 3

Membongkar Rahasia Menulis Hingga Menerbitkan Buku

            Pertemuan ketiga ini diawali dengan pentun pengantar dari Om Jay “Katak melompat burung terbang. Walaupun jarak kita jauh, kita bisa belajar bersama di dunia Maya tanpa  saling berpandangan”. Rasanya tak elok kiranya apabila pantun Om Jay tak ku balas dengan pantun juga, semoga pantun hamba dapat kiranya diterima “ Burung Murai bernyani riang, di pinggir telaga senang hatinya. Dari Serumpun Sebalai kami pun datang, izin kan hamba menimba ilmunya.”

            Narasumber yang kompeten asli Minang Kabau pun dihadirkan, Beliau yang dilahirkan pada tahun 1402 hijriyah ini bernama Rita Wati, S.Kom menamatkan kuliah S1nya di Yoyakarta, sudah menulis banyak buku. Dan moderator yang memandu kuliah malam ini adalah Bapak Bambang Purwanto atau yang fenomenal dengan sebutan Mr.BAMS.

            Awalnya bingung membaca satu persatu pesan wa pelatihan ini untuk mencari intisari dari masalah yang sesuai dengan judul pelatihan, sekilas narasumber hanya menceritakan pengalaman pribadinya sehingga nanpaknya lupa pada materi yang harus dipaparkan. Akan tetapi setelah bolak-balik membaca skrol lagi dan ulangi lagi, dapat juga otak yang lemah ini mencerna inti dari perbincangan wa tersebut:

Point 1: Fokuskan tujuan kita, seperti hadist Rasulullah SAW “amal itu bergantung niatnya” jadi kembalikan ke tujuan awal kita untuk apa kita belajar menulis. Menurut saya ini adalah inti pertama dari membongkar rahasia menulis hingga menerbitkan buku.

Point 2: Kenali Potensi Diri, kalau orang Bangka berkata “ape ge pacak asak kawa” artinya apa pun bisa kita lakukan asal kita bersunguh-sunguh, untuk memulai menulis perlu banyak literasi untuk menambah kosa kata dan mencoba menuangkan pikiran ke dalam tulisan setiap hari. Seperti yang narasumber katakan “saya tidak tahu Mau Menulis apa dan Bagaimana cara memulainya”, itu dulu sekarang beliau adalah seorang penulis bahkan menjadi editor dan narasumber.

Point 3: Begabung deangan kelompok sejenis, dalam hal ini “Group Belajar Menulis”, ya ibarat pepatah “berteman dengan tukang minyak wangi dapat juga wangi baunya, berteman dengan pandai besi terasa juga panasnya dan debunya”. Dalam Hal ini narasumber menceritakan awal semangatnya menulis stelah bergabung dengan kelompok Om Jay dan beliau bahagia sekali ketika Om Jai menshare tulisannya. Beliau berkata “Jadi Bapak/Ibu harus bahagia jika tulisannya di komentari oleh Tim Solid OmJay” . Hal ini membuat saya HHC (harap harap cemas) apakah tulisan saya bisa di komentari langsung oleh OmJay and the tim.

Point 4: Tumbuhkan Tekat dan Rasa Percaya Diri, if you want a do you can do kalimat ini sering saya baca di bawah buku tulis saya pikir ini relevan dengan rasa percaya diri. Saya mencoba merangkum perkataan Narasumber ” Bapak ibu telah memiliki niat untuk memiliki buku semdiri maka mulailah mengkonsep Buku apa yang ingin ditulis lalu harus mengeksekusi untuk dijadikan tulisan. Berapa lama untk dijadikan buku itu tergantung tekat Bapak Ibu”

            Pertemuan ini akhirnya di akhiri dengan sebuah ungkapan dari narasumber mengutip perkataan RA KartiniNothing is impposibel in this word what we look upon today tomorrow may be accomplished fact

            Tidak banyak kata yang dapat kutuangkan dalam menulis resum ke-3 ini, tak pandai jua dalam berbudi bahasa, kalau lah ada kesalahan dalam tutur dan kata murni kesalahan diri ini sendiri, semoga narasumber dan pembaca berkenan memberikan maaf dan kepada Allah jua ku mohon ampunan sebesar-besarnya. 

Kamis, 15 Juli 2021

Terpaksa Menulis

       Mengarang Indah di Kertas Putih


    Terkenang masa kecil ketika duduk di bangku sekolah dasar, setiap kali ulangan Bahasa Indonesia yang paling ditakuti adalah lembaran kertas polio kosong yang harus segera di isi dengan karangan/cerita. rasanya mau menangis darah memikirkan apa yang harus ditulis. 

    5 ment berlalu hanya dengan bertopang dagu memainkan bulpoint mengetuk meja sambil sedikit celingak-celinguk melihat kertas kosong teman-teman mulai terisi paragraf demi paragraf. ah sementara kertas milikku masih bersih kosong putih apa adanya, kecuali satu hal saja yang tertulis di sana hanya sebuah nama, namaku sendiri.

    Tanpa terasa setengah jam pun berlalu, hahhhhh pekerjaan yang tidak mudah untuk menyusun kata demi kata menjadi sebuah kalimat, merangkai kalimat demi kalimat menjadi sebuah paragraf cerita buat anak seperti ku yang tidak terlalu pandai dalam berbahasa.

    Suatu ketika ibuku di panggil kesekolah karena nilai bahasa ku yang kecil dibawah rata-rata, pesan guru SD ku kepada ibu "belikan buku IBI (Intisari Bahasa Indonesia) dan sastra indoneisa" entah apa hubungan kedua buku itu terhadap diriku tetap saja aku tidak dapat menulis cerita melebihi satu paragraf saja. satu paragraf yang ku tulis dengan susah payah mengeluarkan isi otak ku yang beku. Aku tak punya ide.

    Waktu pun berlalu, aku sudah duduk di kelas 3 SMP. Saat itu menulis adalah momok menakutkan dibandingkan dengan rangkaian rumus matematika dan fisika. Sekali lagi ujian akhir melelahkan karena masih ada kertas polio kosong yang dibagikan untuk di isi dengan cerita, jiwa ku protes, bathin ku berontak namun apa daya mulutku terkatup, "mengapa aku terus dipaksa menulis?""tidak semua orang mampu menulis, seperti tidak semua orang bisa matematika dan fisika" why why why???

    Suatu ketika di kelas dua SMA kami di minta menulis prosa pendek, masih dengan gaya ku semula yang selalu acuh tak acuh jika berhadapan dengan pelajaran Bahasa Indonesia, ku buka juga buku tulis ku  Mencoba menuangkan ide karena tema yang diberitakan bebas. Pindah dari ruang kelas ke kamar ku masih memegang buku tulis yang belum satu kata pun tergores di dalamnya, sambil tiduran ku banyangkan jingga yang selalu kulihat saat pulang dari les setiap sorenya, akhirnya prosa pertama ku pun jadi ku beri judul "Jingga di sebuah dermaga". 

    Nilai 9 pertama untuk sebuah karangan seumur hidup pun akhirnya kudapat, suatu hal yang tak pernah kubayangkan dan kuimpikan untuk pelajaran bahasa yang tidak pernah beranjak dari angka 6. Air pun membendung di pelupuk mata setelah xi tahun duduk di bangku sekolah untuk pertama kalinya aku dapat menenun kata-kata menjadi cerita, apa yang ada di hati saja kugoreskan dalam catatan, ternyata oh ternyata walaupun terpaksa kudapat menulis juga.


Malam dingin semakin larut 

Suara jangkrik pun terdengar

Kucoba menulis walau tak urut

Meskipun susah ku tetap belajar


Kace Timur, 15 Juii 2021

penuh harapan 

Derliana,S.Si

Resume 2

 

TRIK CEPAT MENULIS RESUME DI BLOG

 

Narasumber : Maesaroh,MPd

Mooderator : Rita Wati

 

            Pertemuan ke-2 dengan tema “trik cepat menulis Resume di blog” diawalai dengan cerita singkat tentang pengalaman menulis narasumber Ibu Maesaroh. Cerita ini sebagai pembuka sekaligus penyemangat bagi peserta untuk mengikuti langkah langkahyang telah belilau lalui.

            Mengapa perlu cepat menulis di blog? Beliau menjelaskan hal yang sama sekali tidak pernah terlintas di benak  saya bahwa apabila menempatkan tulisan kita pada urutan pertama/teratas maka besar kemungkinan kita akan memiliki pengunjung paling banyak. Di sini saya melihat teori peluang berjalan walaupun saya selalu mengotak-atiknya namun tak terbesit untuk menggunakannya

            Agar cepat menulis resume, diperlukan kesiapan yang sempurna agar kita bisa menyelesaikan tugas dengan baik disini pemateri menggunakan dua piranti yaitu handphone dan laptop, dua piranti ini berguna efektif sebagai alat penyampai informaasi dan sebagai penamppung ide. Intinya keduanya digunakan secara bersamaan. Ini adalah hal yang lumrah dan umum terjadi akan tetapi tidak semua orang yang mampu mendengar dan menghayal sekaligus menuangkannya dalam bentuk tulisan dalam satu waktu, dan narasumber kita kali ini benar-benar luar biasa konsentrasinya karena beliau dapat melakukan hal tersebut.

            Hal yang sangat ditekankan narasumber kepada kami para peserta pelatihan adalah tanamkan rasa percaya diri, siap menerima kritikan, menulislah di berbagai blog. Dan materi pun beliau akhiri dengan motifasi “Jadilah manusia cerdas yang siap menerima perubahan

 

Pangkalpinang, 15 juli 2021

derliana

Rabu, 14 Juli 2021

Resume 1

 

JADIKAN MENULIS SEBAGAI PASSION

Pelatihan Belajar menulis gel.19-20 pada pertemuan pertama disampaikan narasumber Dra. Sri Sugiatuti, M.Pd yang merupakan seorang Penulis, Editor, dan Motivator. Serta Ibu Aam Nurhasanah sebagai moderator. Ibu Sri menyatakan menulis itu menjadi passionnya yang sangat meyenangkan dan menjanjikan. Menulis itu merupakan profesi yang mulia dan dihargai di khalayak ramai dan secara sosial. Alangkah indah dan bahagianya kita memiliki kemampuan menulias karena kemampuan itu merupakan penjelamaan kematangan berfikir dan intelektualitas kita. Banyak sekali diantara kita yang bermimpi menjadi penulis namun sering kali terhenti atau terkendala dengan berbagai macam alasan dan ada pula yang mampu mengatasi hambatan tersebut dengan komitmen sehingga dapat mewujud kan mimpi menjadi penulis tersebut.

Materi diawali dengan alur menuju naskah yang akan menjadi buku

Kendala è motifasi è etos kerja è naskah è buku

Untuk menjadi seorang penulis yang baik Beliau (Ibu Sri) menerangkan bahwa: 1. Harus banyak membaca buku; 2. Berdiskusi dan merenungkan isi buku yang pernah kita baca dengan teman-teman; 3. Mengamati secara langsung dan meraskan apa yang terjadi di sekitar kita; 4.  Luasnya pergaulan  sehingga banyak hal dapat kita serap dari pengalaman dan kisah setiap orang yang kita temui. Sebagai langkah awal menulis beberapa hal perlu kita siapkan, menurut arahan Ibu Sri kegiatan yang perlu dilakukan antara lain : menggali dan menemukan gagasan/ ide, menentukan tujuan genere dan segmen pembaca, menentukan topik, membuat outline, serta mengumpulkan materi. Lalu bagaimana cara kita menulis ya JUST DO IT, harus tekun, sabar, jangan idealis, jangan takut. Jika telah berhasil melaui langkah langkah diatas dan telah menghasilkan tulisan berupa draf kasar, petuah Ibu Sri berikutnya adalah 3 proses yaitu Editing, Revising dan Publishing.

Pelatihan malam ini sangat bersemangat dan luar biasa terlihat dari antusiame rekan-rekan pesreta mengajukan pertanyaan sehingga terkumplah 27 pertanyaan yang dijawab narasumber dengan sabar dan santai, bahkan beliau pun rela membuat grup agar rekan-rekan dapat membuat buku antologi. Sebagai clossing Ibu Sri menyampaikan “Ayo jadikan menulis sebagai passion, kumpulan semua ide yang gentayangan disekitar Bapak/Ibu, wujudkan mimpinya memiliki buku solo maupun buku tunggal tentu saja buku ber ISBN buku yang mempunyai arti buat Bapak/Ibu”

 

Pangkalpinang, 14 juli 2021

Derliana,S.Si

Selasa, 06 Juli 2021

Gadis kecil dan corona


 Gadis kecil ku becerita "ma ma abang Rifki dan adek Rafka jalan jalan ke taman baru" "Jadi...??? " "Kapan kita ke sana Ma? Adek juga mau main ke sana" Rengekkan kecinya mengoda "ada corona" "Mereka boleh"😊 diam sejenak mencari alasan sebelum menjawab permintaan nya, dengan setengah nafasku menahan tawa "sayang Oom Jili kan polisi jadi gak apa-apa main kesana bersama keluarga" Mengapa kita tidak boleh" Sanggah nya "ehmmm umma kan guru jadi gak boleh" Mengapa gak boleh?? Mulai tipis kesabarannya " Corona itu takut sama pak polisi dia lari takut di tangkap, nah corona akan lari mendekati ibu guru karena ia ingin belajar 'ibu guru ibu guru ikut kata corona'🤦‍♀️" Jawaban koplak ini langsung di telan olehnya si kecil yang ceriwis dan ceria. 

Keesokkan  hari dirumah nenek " Nenek lagi masak apa adek boleh lihat ya? Pleaseee... " Rayunya sambil mengamati neneknya memasak satu persatu sampai selesai "woww masak itu mudah ya? Adek mau jadi koki seperti umma yang selalu buat masakan enak" "Umma mu Guru bukan koki" Sanggah nenek "adek mau jadi koki dan polisi saja" Ooow nah loh apa yang terjadi aku dan ibuku berpandang- pandangan "adek mau jadi polisi? " Gadis kecil ku pun mengangguk tegas "adek gak mau jadi guru karena corona suka sama guru jadi adek gak bisa main ke taman baru" "Terus kok jadi polisi dek? " " Adek mau jadi polisi biar bisa tangkap corona, adek masukkan penjara jadi corona gak bisa ganggu orang lagi " Pecah tawa kami di dapur, oh gadis ku cintaku sayang ku maafkan aku yang salah memberi penjelasan padamu

Satu bulan berlalu.... Sore hari dibawah langit berwarna kelabu, kulihat ibuku duduk sayu "mamak sudah ke klinik buat repid? " "Belum"" Ah kupikir sudah pulang, kapan  ke sana? " "Rencananya setelah asyar, tapi Jili telpon dia positif covid" Setengah termangu ku memandangi wajah tuanya "gak bergejala, tadi pagi baik baik saja cuma diare kan? "" Nah itu dia, atasan dan teman sekantornya positif semua jadi Jili juga di swab dan hasilnya positif" Terdengar suara azan asyar menggema "aku pulang dulu sudah Azan"

"Ayo bangun sayang-sayang umma sudah azan sholat dulu" Membangunkan putra putriku dari tidur siang mereka, "nenek sudah pulang dari rumah sakit ma" Celoteh gadis kecilku seakan masih bermimpi bangkit dari tidurnya, senyum tipis ku melayang padanya teringat akan cita-citanya agar ditakuti corona "belum, ayo adek sholat dulu, atau mandi dulu? " Ajak ku"adek mau mandi sama unnya"gelayutnya manja. 

Rutinitas ala kadarnya pun terjadi, mandi, sholat, namun wajah kelabu seperti langit diluar terbaca oleh anak-anak, "Umma sayang sedih? " Tanya sang kakak, angin semilir membawa gerimis pun masuk di sela jendela menyejukkan ruangan, seraya menatap lembut ketiga pasang mata yang harap-harap cemas menanti jawaban dari sang Bunda "oom Jili kena covid" Jawabku singkat "apa!!! pak polisi ditangkap covid" Sambil melompat dari duduknya gadis kecil memelukku "unnya tidak di tangkap covid juga kan? " Lanjutnya "adek-adek ni ngade-ngade basing baelah" Serentak kedua kakaknya berbicara "hahhh capek deh, jadi nenek bagaimana? " "Ya gak apa-apa, kan beda rumah" "Iya, jadi gak jalan jalan keluar kotanya? " Cecar sang kakak "ya belum tahu, lah kak kan nenek belum repid"

Suasana sejuk masih menyelimuti hari menjelang magrib di bawah gerimis yang lembut, anak-anak ku tinggalkan di rumah, langkah kaki gontai ku telusuri jalan setapak sedikit becek kembali ke rumah ibuku yang memang tidak jauh "jadi repid tesnya? " Tanyaku pada Mamak, ku lihat Bapak masih sibuk dengan parutan ubi jemurnya buat pakan ayam, "kata kakak mu gak usah dulu Mamak dan Bapak pergi kan adek mu lagi sakit" Jawab Mamak dengan lembut, ku coba merasakan apa yang Beliau rasa, kerinduannya akan kampung halaman yang sudah lama direncanakan keberangkatannya harus tertunda karena satu masalah ini. "Iya lah kalau begitu, aku pamit anak-anak di rumah menungguku"

Entah apa yang mereka celoteh kan ku hanya mendengar samar dari depan pintu sebelum mengucap salam "aku gak mau lagi jadi polisi, jadi guru, semuanya di kejar dan ditangkap corona" Suara gadis kecilku nyaring "lalu kamu mau jadi apa? Tanya kakaknya " Aku mau jadi Koki, bisa masak enak...buat tubuh sehat... kuat... supaya Corona tidak berani mendekat" Suara tertawa pun pecah di antara mereka.... "Kamu ini lucu sekali.."... 


Derliana

Minggu, 04 Juli 2021

Memori

       Ingatan ku jauh terbang ke masa lalu, selalu ku pilih bangku terakhir di dekat pojok jendela kayu mobil penumpang yang entah mengapa walaupun sesak berhimpitan aku lebih merasa tenang daripada harus naik bisa kota. Pandangan ku nanar melihat sisi mengular belukar dan aliran parit sepanjang jalan menghilangkan kejenuhan. Seperti biasa jangan kan bicara tuk menyapa pun ku enggan, aku sibuk dengan putihnya awan berarak, burung pelatuk yang terbang diantara belukar, khayalan ku pun hinggap entah dimana. Ibu itu bertanya "kau mau kemana nak?" Pecah sudah lamunanku, Tergagap-gagap ku menjawab "sakatiga" Dengan mengerutkan dahi iya bertanya kembali "sakatige nyo di mano?" Rasanya ingin "menepuk jidad" karena geram namun ku jawab juga pertanyaan nya "ke rumah guru ngaji ku ustazah Bahar" "Oooo mengaji ngan Bahar" katanya lagi, aku hanya mengangguk saja tanda sepakat. "Nah pinggir" iya meminta kernek mobil menekan bel agar berhenti "naiklah perahu itu" katanya padaku, "terimakasih saya duluan" Aku pun turun dari mobil kayu itu, ada perasaan lega melihat sungai di depan mata dan biduk kecil didayung perlahan-lahan membuat ku semakin menikmati keindahan sungai di kala air pasang.

        Banyak hal yang kurindukan disini, banyak hal yang selau membuat ku ingin kembali, pohon sawo besar yang menaungi jalan setapak, rumah panggung kayu yang sederhana, orang-orang ramah yang membuat ku tertunduk malu. 

         Sudah dua dasawarasa, waktu begitu cepat bergulir aku bukanlah remaja yang warawiri mencari ilmu lagi, dan selama itu pun aku tak pernah kembali. Adakah yang kurindukan masih ada kini? Ku buat waktu sebagai tersangka yang merubah dan mengambil segalanya. Tidak... aku bersalah, salah ku memutuskan silaturahim yang pergi tak ingat pulang, kesalahan ku tidak merespon getaran rindu yang menggema di lubuk hati, aku ingin pulang menemui murobbi ku, aku ingin pulang melihat pondok tempatku pernah singgah menimba ilmu, ku rindu kan kehangatan persaudaraan walaupun saat itu ku hanya singgah sebentar.

Disaat +62 berduka dengan tingginya angka kematian efek covid, 

4Juli2021

Derliana



Kamis, 01 Juli 2021

GALAU

Mengapa belum satu huruf pun tertulis, padahal malam sudah kelam, cahaya purnama pun kian memudar di balik selimut kabut yang menebal, pikiran  jauh terbang disela membaca berita tetang negeri yang kian usang, pena tinta tak lagi terayun berganti keypad yang hanya di tekan, selamat malam teman setia selamat malam kelasih hati istirahatlah dalam alulan merdu ayat-ayat Suci, sejatinya setiap nafas adalah goresan tulisan yang kan ditanya nanti oleh Ilahi.

Malam jum'at 1 Juli 2021

Derliana 😅

Mengapa "takut" Matematika

 "Matematika" Entah mengapa jika mendengar nama itu hampir semua anak senyum sinis sedikit di kulum, ada yang bengong, ada yang hanya mengangguk-angguk. Pertanyaannya why? What happen? 

Ada getaran halus yang langsung menyikut di benak mereka ketika kita mulai membicarakan Matematika, seolah-olah ada membran terselubung yang menjadi benteng susahnya gelombang LONGITUDINAL ini menembus batas.

"Takut" Apa yang membuat ketakutan ini berawal? Apakah ekspektasi seorang guru matematika yang serius, kejam, tidak bersahabat? Ataukah materi matematika yang cenderung berat, "jelimet bin ribet", rangkaian angka-angka yang membosankan atau rumus yang suka muter-muter gak karuan? Ataukah dari dalam diri yang kurang percaya diri, menganggap matematika terlalu sukar buat di mengerti, dan terlalu dalam sedalam samudra buat difahami.

Terkadang lucu mendengar celotehan kecil tentang guru dan matematika, "guru matematika ku berkacamata tebal, apabila ia berjalan suara sepatunya sudah terdengar dari tiga lokal sebelum kelas kami" Ada lagi " Ibu T kalau menjelaskan selalu diakhiri dengan ketukan sepatu yang mengejutkan anak-anak" Di lain cerita "kami gak pernah tahu apa yang bapak bicarakan terlalu sukar buat di mengerti lebih mirip cak lontong ngomong ke kiri jawaban ke kanan" Di sisi lain "ibu itu terlalu lembut kami suka tapi pelajarannya mematikan gaya"

Well ketika bertemu guru matematika yang "unik" Berbeda dari biasanya apakah matematika ini bisa menjadi sahabat? Kalau jawabannya iya, berarti sebagai guru selayaknya memperbaiki dan mengembangkan kemampuan diri berinovasi. Ini menjadi catatan besar buat saya, how caranya me metamorfosis diri agar jadi guru bijaksana dan bijak sini dengan innovasi agar takkan ada lagi kata takut buat matematika karena matematika bukan "mati-mati lah ka"


2 Juli 2021

Mencoba menulis 

Derliana,S.Si



peduli

Aku keguguran, Kuhatus merawat anak2 ku  Si abangbpositif covid Adek rewel masih kelelahan Sang ayuk tak persuli ia hanya pulang saat lapar ...