Senin, 29 November 2021

Waktu

 WAKTU

Berlalu tanpa bicara walau hanya sekata itu kata mereka, padahal kau selalu membisikkan cerita tanpa disadari manusia, dalam senyuman dingin malam, dalam hangat ceria fajar, di balik gerimis yang turun perlahan, bahkan saat kilat menyambar gelegar membakar mencabut nyawa

Terkadang tersa cepat seolah hanya lewat sekelebat saat sibuk melanda, takada saat untuk menghela tarikan nafas dan jatung berdetak pun mengkutimu cepat-cepat dan cepat, namun tersa perlahan begitu lama dengan irama suram saat gundah gulana.

Tiba saatnya kau di hentikan masa, manusia menjerit tidak terima, menangis menjerit sejadi-jadinya, bahkan mengutuk mengumpat takmau percaya. Padahal kau hanya jalani peranmu apa adanya namun mereka tak pernah terkesima.

Sedikit sekali yang pandai membaca dirimu hanya sesaat saja ditakdirkan tuk bersama, seperti gerimis singgah ditiup angin atau seperti pelita yang kian mengering minyaknya.

Andaikan saja mereka sadari bahwa kau tak kekal selamanya bersama, ada batas yang telah ditetapkan Yang Maha Kuasa, tentunya mereka akan berbuat sebaik-baiknya memanfaatkan kesempatan yang ada.

Namun dunia menipu mereka, dibisikkan bahwa kau ada selama lamanya bersama mereka, membangun kerjaan yang akan ditinggalkan juga, memperbutkan hal-hal yang tidak bermakna, mempersoalkan brand yang akan hancur dikenakan juga, hingga entah apa lagi yang membutakan mata dan telinga.

Tak mengingat tanah 2 kali 1 kali 2 yang akan tergali untuk mereka, sebuah kotak atau selembar kain saja yang akan menutupi mereka. Tak ada cincin, gelang, tas, perhiasan, yang akan dibawa kerumah keabadian, tak ada mobil, harta, pangkat, jabatan, tak ada yang gagah cantik semuanya sama ketika kau di putuskan bahwa waktumu telah berakhir.


Sabtu, 27 November 2021

Guru Aku dan Muridku

 GURU AKU DAN MURIDKU

Oleh : Derliana


Tanpa tersa usia telah bertambah

Begitu banyak insan yang menghiasi setiap arah

Sosok  guru yang menemani disetiap langkah

Sampai saat ini pun masih tak berubah

 Guruku di sampingku dari masa kemasa

Sejakku kecil hinggaku dewasa

Walaupun tempo dulu telah kadaluarsa

Namun semangatmu sangatlah berjasa

Silih berganti bersamaku seiring masa

Tak ada waktuku bagiku tak memiliki guru

Insan bijaksana yang ku gugu dan kutiru

Memberikan ilmu bekalku berburu

Menapaki hidup agar tak keliru

Jadilah aku seoang guru kini

Membekali siswaku di masa ini

Menentukan langkah yang bijaksana-sini

Mencoba berjalan sebagai tutwuri handayani

Terkadang kucoba menjadikan diri ini teman

Yang melihat mendengarkan setiap persoalan

Tak inginku menjadi hakim yang memutuskan

Bagiku mereka punya begitu banyak impian

Mencoba menjadi seperti guruku yang dulu

Duduk di samping menasehati tanpa sok tahu

Memberikan contoh kesabaran 

Tersenyum tak meyalahkan keadaan

Guruku berkata setiap murid punya harapan

Aku berkata milik mereka adalah masa depan

Muridku berkata beri kami kesempatan

Untuk membuktikan mimpi jadi kenyataan


Kace timur, 27 November 2021


Jumat, 26 November 2021

Romansa

 Romansa

Oleh : derliana


Tak ada kata yang dapat mewakili suara jiwa

Qalbu bergemuruh meninggalkan air mata

Hempasan nafas berat mengaliri sukma


Eritrosit mengalir dalam arteri

Menggenggam udara menapaki diri

Menyusupi setiap rongga agar tak mati


Hingga RNA dan DNA pun ikut bergetar

Memutar membentuk konfigurasi layaknya star

Selau sabar merajut dengan sadar tak sebentar


Setiap komponen diri tunduk sesuai aturan

Mengerti setiap janji penciptaan

Bertasbih terhadap Yang Satu sebagai pemujaan


Tinggalah pikiran terkendali akal 

Rasa yang gusar menyela dangkal

Menolak kodrat sejengkal demi sejengkal


Banyak pilihan ujian sebagai dalih

Padahal hanya alasan tuk tebang pilih

Raga oh raga jumawamu berlebih

Terpikat maya hanya sebesar selasih


Abai jua hakikat seorang hamba

Seolah lahir tanpa ibu dan bapa

Melupakan segala demi dunia

Tak kenal akhirat datang menyapa



Rabu, 24 November 2021

Selamat Hari Guru

 Sebuah cacatan 25 november 2021 

Oleh: Derliana


Para ulama mulia adalah orang yang pandai memuliakan guru,

Senangkah kita menjadi guru?

Seorang guru yang dinantikan

Seorang guru yang akan dikenang

Dalam ingatan setiap murid 

Memberi dan terus memberi manfaat

Menjadikan kemuliaan bagi keberkahan hidup

Walau terbaring di atas kasur

Mengajar dari qalbu tercurah dengan cinta

Penuh asa harapan menapaki masa depan

Berada dimana kita wahai guru

Apakah kita ini  katergori wajib 

karena berakhak mulia 

Ataukah sebalikya



"Mendidik itu bukan sekedar bekerja namun menjadikan kehidupan lebih bewarna mengashilkan karya terbaik yang bermanfaat di dunia dan bearti di akhirat nanti"

(Prof.DR.Arif Rahman)




Selasa, 23 November 2021

Guru teladanku

Oleh : Derliana, S.Si

Jadikan kami pemimpin dimasa hadapan

Dengan mengasah ulir kehidupan

Duhai guruku ilmumu dinantikan

Bersama semangat pemuda sesuai zaman


Izinkan ku mengenangmu dalam sebuah goresan

Mengingat kembali masa penuh kenangan

Walau hanya dalam sebuah catatan


Raut wajah mu selalu ceria

Tipis senyummu buat bahagia

Kehadiranmu suasana jadi sukaria 


Suara sepatumu dari jauhpun terdengar

Langkah kakimu mantap menepis gusar

Sikap tegasmu membimbing kami pelajar

Bijaksanamu bersama kami sejajar


Duduk mendengarkan tak melihat posisi

Nasehat lembutmu dalam canda tak bersisi

Tak memandang rendah bahasamu berisi

Penuh harapan wejanganmu layaknya puisi


Kace Timur, 23 November 2021


KIBIT SEMUT H M ZAINI

Oleh: Derliana,S.Si


Terdengar aneh rasanya seperti janji

Ketika mereka berbicara tentang mu pak Haji

Cubit semut H M Zaini seolah unik tersaji.


Apakah gerangan yang sebenarnya 

Cubitan kecil pembawa kenangan selamanya

Sosok guru teramat dinantikan selalu

Walau waktumu telah berlalu


Setiap sholat amal jariah mengalir untukmu

Do'a iftitah dan bacaan sholat adalah ilmu

Yang engkau tanamkan sebagai bekal hidup

Sebelum membaca dan berhitung diraup


Kibit semut mungkin lelucon murid


Sebagai ancaman bagi yang tak mau ikut

Belajar bersama mu ada rasa takut

Dengan cubitan kecil si semut.


H M Zaini adalah guru kelas satu

Yang mendidik tanpa ragu

Menanamkan agama adalah pertama

Sebelum anak-anak mendapatkan yang utama


Jadilah beliau kenangan sepanjang hayat

Banyak cerita meski tanpa riwayat

Haji Muhammad Zaini sudah pun wafat

Meninggalkan landasan bekal ke akhirat

Kepada murid-murid ilmu sholat.


Kace Timur, 24 November 2021


#Puisi berantai Lagerunal, puisi sebelumnya dapat di lihat di sini 👇

http://nungkom.blogspot.com/2021/05/peran-dan-nilai-guru-penggerak.html

Selasa, 16 November 2021

Puisi telelet 3

RESAH


Sulit untuk dimengerti karena ini pelik 

Rumit situasi penuh intrik tak bertitik

Bersandarku sebentar mengindari konflik.

Sabar-sabar-sabar mungikin itu yang benar

Namun nafsu amarah tak kunjung kelar

Terus bergoncah memecah tampar

Taksadar jiwa ini telah terlempar.

Sakit-sakit tersayat sembilu

Batin menjerit jiwa pun pilu

Meradang menikam hatiku kelu

Entah mengapa api memantik selalu

Jiwa rapuh tengelam dalam pusaran halu.

Semuanya yang terjadi seolah-olah salah

Takdapat membedakan manalagi arah

Kebenaran keadilan sirna memerah

 Buah dari masalah antah berantah

Membela mempertahankan serakah

Simpan untuk mu saja diriku taklatah.

Bukankah Tuhan mengajarkan kita taat

Terikat sumpah setia yang telah mengikat

Memenuhi janji kewajiban penuh berkat

Sebagai abdi negara itu bukanlah kodrat

Namun pilihan dengan sadar dan dasar kuat.

Menjalankan segala bentuk amanah kewajiban

Jangan dipilah-pilih karena ikuti kesenangan

Takusah gelisah gusar akan rintangan

Jalani dengan ikhlas karena Tuhan.

Sebesar apa pun badai takakan tumbang

Jika akar pohon sadar menghujam terjang

Baca Bismillah kerjakan amanah hatiku tenang.



Senin, 15 November 2021

Puisi telelet 2

 MIMPI DI GAZA


Mentari bersinar di pagi cerah
Panas menyengat tak merubah
Seperti bunga indah merekah.

Anak kecil berkumpul seribu
Kendatipun tak berayah ibu
Tetap ceria wajah berdebu
 Bersama Al Qur'an dari kalbu.

Tengah malam merah merona
Kilatan cahaya yang membahana
Gemuruh suara memekakan merana
Guncangan datang memukul jiwa disana
Berusaha tegar walau tertimpa bencana.

Subur bangsamu yang dirahmati Tuhan
Sejak dahulu sebelum jaman penjajahan
Hidup semua setiap yang diusahakan
Walau saat ini dalam kesempitan
Bias senyuman diantara kesedihan
Tak membuatmu lumpuh terus berjalan.

Al Aqso masjid suci seperti janji yang dinanti
Dengan kesuburan kemakmuran yang diberkati
Sekarang rebutan penjarah penjajahan menikmati
Ingin berkuasa menduduki serta membuat mati
Nyawa manusia yang suci seolah tiada arti.

Begitu indah malammu dengan ketenangan
Namun rasa was-was di hati penuh keraguan
Munkinkah pergi dan hilang semua ancaman 
Atukah hanya kamuplase sebagai hiasan.

Do'a kami Palestina kembali dalam damai
Berharap bunga mekar di Gaza setelah disemai
Dan pendudukan lenyap punah dihantam badai.














Sabtu, 13 November 2021

Puisi telelet 1

 

AZAN


Suara berat namun, mendayu

Seolah berteriak tapi menatap sayu

Memecah kesunyian kesibukan merayu.


Saat tubuh enak terlelap di pembaringan

Saat rutinitas mencapai puncak keseharian

Saat ngebut mengejar waktu di jalanan

Saat lelah menghampiri kemudian.


Suara berat kembali berkumandang

Menyeru memanggil dengan lantang

Jiwa yang telah gersang pun meradang

Mencoba menolak berontak menendang

Kesal marah gundah dan gulana meyerang.

 

Seketika resah gelisah gundah mengema

Menyayat menghujam menikam sukma

Merintih tertatih lirih bak drama

Entah apalah yang menjelma

Menyapa pelan berirama

Seolah bisikan Mama.


Seruan Pemilik semesta

Masih diri ini suka berdusta

Berdalih lelah ini itu meronta

Mata hati sudah membuta

Lidah sudah kelu terbata-bata.


Kumadang azan lewat saja dipikiran

Apakah selamanya diri taktahu ini seruan

Untuk menghadap Yang Maha Menciptakan

Agar menjawab azan dan sholat dikerjakan.


Sebelum maut menjemput merambat arteri

Peringatan telah datang lima kali sehari

Taubatlah segera hamba yang tahu diri.






Selasa, 09 November 2021

Puisi saja dulu

 Cermin


Hujan turun rinai-rinai

Namun menusuk tubuh si Punai

Tak juga reda hingga sekarang

Basah kuyup hingga kesarang


Si Punai terbang terlalu rendah

Karena basah membuat lelah

Jatuh kelembah masalah segudang

Ingin bangkit jiwa meradang


Akankah Punai beroleh sabar

Tertuduk duduk walau sebentar

Bercermin diri siapa sekarang

Menatap kedepan meyapu karang.


10 November 2021


*Pada-Nya Tempat Kembali*


Sunyi hati menatap langit

Kelabu dan biru bertarung sengit

Akankah air turun sebagai bukti

Pertempuran yang tiada arti


Angin berhembus perlahan-lahan

Dedaunan pun gugur jatuh di taman

Membawa setitik ketenangan di hati

Seolah aji-ajian nan sakti


Padahal suara azan mendayu

Berkumandang tegas nan merayu

Akankah hati tunduk sendiri

Tersungkur sujud dari berdiri


Hilanglah sudah semua asa

Ketika mangadu pada Yang Maha Kuasa

Lepaskan beban penat di diri

Bangkit kembali menata hari.


9 november 2021

peduli

Aku keguguran, Kuhatus merawat anak2 ku  Si abangbpositif covid Adek rewel masih kelelahan Sang ayuk tak persuli ia hanya pulang saat lapar ...