Jumat, 28 Januari 2022

mencoba merajut benang-benang rapuh

Anak-anak stm, ya mereka anak anak stm jurusan bisnis sepeda motor, kelas xi dan aku wali kelas mereka.
Corona yang melanda membuat PTM sulit di lakukan membuat ku sulit juga mengenali pribadi mereka satu persatu.
Hari ini setelah satu setengah tahun membersamai mereka ku mencoba membawa mereka ke arah pencerahan rohani, ini sulit sekali hanya beberapa orang saja yang mau hadir untuk berbenah diri.
Mencoba membuka alur jalan baru arah untuk mendapatkan petunjuk kehidupan, bahwa pendidikan itu takhanya sekedar materi pelajaran atau sekedar nilai namun hakikatnya lebih jauh yaitu adab dan akhlak yang lebih utama dari semuanya.
Di mana akan di dapati perbaikan tersebut kalau buka dari pendekatan diri dan hati pada sang pencipta.
Arogansi dunia ini membutakan, anak anak tercebur dalam dunianya tanpa dapat dikontrol oleh orang tuanya lagi, begitu besar peran media menghancurkan generasi, begitu berhadapaan langsung seolah takmampu untuk mengontrol diri, sehingga terlihat jelas bahwa kontrol emosi dan sosial anak anak jauh dari akhlak mulia jauh dari adab-adab dan tatakrama..

Jumat, 07 Januari 2022

Lauk Daun

 Pasti bingung kok judulnya lauk daun πŸ˜…, ini cerita jauh sebelum korona melanda, saat masih nguliah ups kuliah ala mahasiswa sok sibuk yang suka bergadang berhari-hari bahkan berbulan-bulan.

Waktu tubuh membutuhkan jatahnya istirahat malah gak diberikan bahkan cenderung di acuhkan. Waktu tidur hanya 15-60 menit saja sehari πŸ€” sempet mikir juga sih apa yang kulakukan dulu ya...nilai ipk gak gede juga, belajar dah segitunya, tidur di tumpukan buku πŸ˜… pas ujian bingung ini soal sudah di kerjakan tapi kok gak bisa dituliskan ya, gak konsen karena kurang tidur πŸ˜‡

Yah balas dendam begitu selesai ujian semester this is time for sleep 🀣🀣🀣 tujuh hari tujuh malam tidur, bangunnya kalau azan sholat, pipis/bab ke wc, laper makanπŸ˜‚ ya nikmati waktu lauk daun ala molor rebahan sampai badan kesemutan πŸ˜…πŸ˜…πŸ˜…πŸ˜…

Kosongkan pikiran, yang dirasa hanya nikmatnya tubuh menyentuh kasur, rasanya enak sekali guling guling guling mata terpejam walau aroma badan penuh keringat nikmati saja πŸ˜…πŸ˜…πŸ˜…

Di paksakan keluar juga, ini pelupuk mata masih mau terpejam, pindah dari kasur kesofa depan tv tidur lagi, serasa hari di dunia ini tak berganti malam terus, ya ya ya nikmat Allah mana lagi yang kita dustakan πŸ™‚ nyaringnya omelan emak yang gak berhenti-henti menyuruh bangun dan bergerak tapi tetap saja terdengar seperti nyanyian nina bobo yang indah πŸ€—

Sampai datang batas liburan berakhir, berakhir juga rutinitas putri tidur seolah terkena sihir dan kilatan petir⚡⚡⚡🌞 bangun dan kuliah lagi, belajar lagi, insom lagi, sampai jumpa tempat tidurku 6 bulan kemudian πŸŒ“πŸ˜€☺πŸ˜‰

Minggu, 02 Januari 2022

Makanan

Seiring majunya teknologi sehingga informasi pun datang silih berganti, termasuk tentang makanan. Gelegar membahana makanan di posting menggugah selera bagi penikmat dan pencinta kuliner seantero negeri.

Nah masalahnya rasa kepo dan ingin tahu masyarakat yang nota bene mayoritas muslim ini begitu besar. Gak tahu apakah ini murni untuk memenuhi keinginan kampung tengah ataukah hanya ingin galmor agar gak terlihat kampungan apabila sudah pernah mencicipi makanan kekinian bahkan makanan ala jepang korea barat dsb yang gak jelas halal haramnya semuanya dihantam.

Baru baru ini heboh di salah satu resto, pasalnya itu jamur permentasi di campur sake/mirin otomatis jadi gak halal. Mirisnya banyak pengunjung justru umat islam dan gak tahu apa yang mereka makan. Apakah restoran ini salah atau pengunjungnya yang salah? Sebagai nitizen pembaca yang mencoba menyimpulkan sendiri dengan asumsi sendiri πŸ˜…πŸ˜…πŸ˜… saya tidak dapat menyalahkan restoran. why? Ini karena semua orang bebas berjualan di sini, yang jadi masalah adalah konsumennya sudah tahu ini restoran bukan milik muslim entah itu korea/jepang itu kok mau-maunya makan di situ πŸ˜… mendingan masuk restoran padang pecel lele, warung tegal, atau warung pecel punya muslim jadi jelas apa yang di makan.
Rasa kepo kita ini kebangetan belum mencoba belum sah gitu, sedikit sekali restoran yang perduli masalah apa yang di makan pengunjungnya, karena restoran pada umumnya berderet- deret tergantung kita mau pilih makan di mana. Ya kira kira sajalah kalau gak yakin apa yang bakal kita makan itu halal ya tinggalkan jangan datangi, gak usah glagapan mengikuti tren, ku rasa pisang goreng buatan emak di rumah lebih enak dan halal dari pada pisang goreng berlapis coklat dan keju yang sudah dibubuhi rum, dan bahan lain yang gak jelas halal dan haramnya.

Yok tinggalkan syubhat, mari intropeksi diri, kita lah yang memilih dan menentukan, mereka hanya menyajikan. Masih banyak pilihan tempat makan yang jelas halal, mengapa harus memilih makan di lokasi syubhat mendekati haram. Janganlah kita jadi manusia rakus sehingga halal haram hantam demi nafsu dunia yang berpusat di kampung tengah. πŸ˜‡ wallahualam

Buat yang gak sependapat harap maklumi saja ya, opini kita kan berbeda-beda, dari sudut pandang mana kita menilai dan menelaah sesuatu πŸ™πŸ» 

peduli

Aku keguguran, Kuhatus merawat anak2 ku  Si abangbpositif covid Adek rewel masih kelelahan Sang ayuk tak persuli ia hanya pulang saat lapar ...