Assalamualaikum
Salam dan Bahagia
Bacalah
kutipan ini dan tafsirkan apa maksudnya:
“Mengajarkan
anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama
adalah yang terbaik”
(Teaching
kids to count is fine but teaching them what counts is best).
Bob Talbert
Dari
kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda
pelajari saat ini?
Menurut
saya maksud dari kalimat tersebut adalah seorang guru mengerti apa yang akan
dan harus mereka berikan kepada murid-muridnya, guru tahu kebutuhan belajar
murid sebagai dasar pijakan pembelajaran, bukan hanya menyampaikan ilmu akan
tetapi lebih pada sesuatu yang dapat menjadikannya berharga. Terkait dengan hal
tersebut dalam teknis pengambilan keputusan berbasis nilai kebajikan sebagai
pemimpin pembelajaran seorang guru mampu mengambil keputusan yang baik untuk
murid-muridnya, keputusan dibuat melalui pertimbangan dan pemikiran serta
analisa, sebuah keputusan yang dapat dilihat efeknya baik jangka pendek maupun
jangka panjangnya. Dalam menghadapi suatu masalah dilema etika, memiliki
nilai-nilai yang bertentangan maka guru dapat menditeksi nilai-nilai tersebut,
sehingga ia dapat menyadari posisinya berada di mana, agar menghasilkan suatu
keputusan penuh dengan pertimbangan yang berpihak pada kepentingan murid.
Bagaimana nilai-nilai
atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat
memberikan dampak pada lingkungan kita?
nilai-nilai
/prinsip-prinsip yang kita anut melekat di dalam diri dan dapat menjadi
cermindiri dalam bertindak/bertingah laku, sehingga ketika digunakan untuk
mengambil suatu keputusan maka keputusan tersebut akan dapat mewarnai
memberikan efek/dampak pada lingkungan, baik itu repons positif maupun negatif.
Jadi untuk menghasilkan suatu keputusan yang positif maka nilai-nilai/prinsip-prinsip
positif pula harus kita miliki/anut.
Bagaimana
Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses
pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?
Tidak
menutup kemungkinan terjadinya konflik/masalah dalam pelaksanaan pembelajaran.
karena itu sebagai pemimpin pembelajaran harus memiiki kepekaan sosial dan
kemampuan mengatasi masalah, bersandar dengan nilai-nilai kebajikan pengambilan
keputusan harus dapat dipertanggung jawabkan, dan selalu berorientasi pada
kepentingan murid. Sehingga kita dapat menjadi teladan /real model di depan
murid-murid.
Menurut
Anda, apakah maksud dari kutipan ini jika dihubungkan dengan proses
pembelajaran yang telah Anda alami di modul ini? Jelaskan pendapat Anda.
Education
is the art of making man ethical.
Pendidikan
adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.
~
Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~
Dalam
proses pendidikan kita tidak hanya memberikan sebuah ilmu kepada murid-murid
akan tetapi kita juga menanamkan budi pekerti, budaya, kedispilinan, dan
norma-norma agama yang di anut. Seorang guru berinovasi mengembangkan
pembelajaran dan mengambil suatu keputusan yang tepat untuk kepentingan murid,
dari sinilah terlihat seni dalam pendidikan yang berpatokan pada ilmu tapi lebih
mengutamakan adab dan budi pekerti, agar murid-murid yang didiknya menjadi
manusia yang beretika dalam berprilaku.
Rangkuman dan Kesimpulan
Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka
memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai
seorang pemimpin?
Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya
pendidikan yang berbasis pada karakter dan kebudayaan lokal. Prinsip "Ing
ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani"
menggambarkan tiga peran pemimpin: memberi contoh, memotivasi, dan mendukung.
Filosofi ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin harus mampu mengambil keputusan
yang mempertimbangkan kebutuhan dan konteks masyarakat. Keputusan yang diambil
harus mencerminkan nilai-nilai lokal dan mendukung perkembangan individu serta
kolektif.
Sementara itu, Pratap Triloka berfokus
pada integrasi antara pemikiran rasional dan nilai-nilai spiritual. Dalam
konteks pengambilan keputusan, pendekatan ini mengajak pemimpin untuk
mempertimbangkan berbagai perspektif—baik logis maupun emosional—sebelum
mengambil langkah. Pemimpin yang bijak tidak hanya memikirkan hasil akhir,
tetapi juga proses yang dilalui dan dampak keputusan terhadap lingkungan
sekitar.
Keduanya mendorong pemimpin untuk:
- Berorientasi
pada Masyarakat:
Keputusan harus mencerminkan kebutuhan dan harapan masyarakat.
- Mengintegrasikan
Nilai-nilai Budaya: Menghargai dan mengadopsi nilai-nilai lokal dalam
proses pengambilan keputusan.
- Menjadi
Teladan:
Pemimpin harus menjadi contoh yang baik, yang dapat memotivasi dan
menginspirasi orang lain.
- Mendengarkan
dan Berkolaborasi: Mengajak partisipasi dari berbagai pihak dalam proses
pengambilan keputusan.
- Keadilan
dan Kesetaraan:
Keputusan yang tepat harus memastikan bahwa semua murid dan staf
diperlakukan dengan adil, tanpa diskriminasi berdasarkan latar belakang,
gender, agama, atau kemampuan. Hal ini akan mendorong rasa kepercayaan dan
keterbukaan dalam lingkungan sekolah.
- Empati
dan Kepedulian:
Setiap keputusan perlu mempertimbangkan perasaan dan kebutuhan individu
yang terkena dampak. Dengan memahami perspektif orang lain, pendidik bisa
membuat keputusan yang lebih manusiawi, yang menciptakan rasa aman dan
nyaman.
- Melibatkan
Semua Pihak:
Keputusan yang dibuat dengan melibatkan semua pemangku kepentingan,
termasuk siswa, guru, orang tua, dan staf lainnya, akan lebih mudah
diterima dan dipahami. Partisipasi ini juga memberi ruang bagi munculnya
ide-ide inovatif dan berbagai sudut pandang dalam pengambilan keputusan.
- Keterbukaan
dan Transparansi:
Keputusan yang diambil secara transparan akan menumbuhkan rasa saling
percaya antara pengambil keputusan dan mereka yang terpengaruh oleh
keputusan tersebut. Komunikasi yang jelas dan jujur tentang alasan di
balik keputusan akan membantu menciptakan lingkungan yang nyaman dan
positif.
- Perlindungan
Fisik dan Psikologis: Keputusan harus dibuat dengan mempertimbangkan
keamanan fisik murid dan staf. Hal ini termasuk menjaga kebijakan
anti-kekerasan, anti-bullying, serta memastikan ruang kelas dan lingkungan
sekolah bebas dari ancaman fisik dan emosional.
- Pencegahan
Stres dan Kecemasan: Keputusan yang mendukung kesejahteraan emosional murid dan staf, seperti kebijakan yang tidak terlalu membebani dan
menyediakan dukungan psikologis atau konseling, akan menciptakan rasa
nyaman dan aman.
- Konsisten
dengan Aturan dan Kebijakan: Keputusan yang sesuai dengan
peraturan yang ada, baik di tingkat sekolah maupun nasional, memberikan
kepastian dan stabilitas bagi seluruh komunitas sekolah. Hal ini
memastikan bahwa tidak ada kebijakan yang bersifat diskriminatif atau
tidak konsisten, yang dapat menciptakan kebingungan atau ketidaknyamanan.
- Kepatuhan
pada Kode Etik:
Keputusan yang menghormati kode etik profesi dan standar moral akan
menciptakan lingkungan yang profesional, di mana setiap individu merasa
dihargai dan dilindungi.
- Pengambilan
Keputusan Proaktif: Selain menangani masalah yang ada, keputusan yang
tepat juga harus mempertimbangkan dampak jangka panjang. Kebijakan yang
mendorong perkembangan keterampilan sosial dan emosional siswa serta
lingkungan yang mendukung pertumbuhan pribadi akan berkontribusi pada
terciptanya lingkungan yang kondusif.
- Fleksibilitas
dan Adaptasi:
Sebuah keputusan yang baik juga memungkinkan adanya penyesuaian di masa
depan jika diperlukan. Lingkungan pendidikan yang dinamis memerlukan
kebijakan yang dapat berkembang mengikuti kebutuhan murid dan perubahan
situasi.
- Budaya
Kerjasama:
Keputusan yang mendorong kerjasama antara murid, guru, dan staf akan
memperkuat solidaritas dan rasa tanggung jawab bersama. Ketika setiap
orang merasa memiliki peran dalam membentuk lingkungan sekolah, mereka
cenderung menjaga suasana yang positif dan aman.
- Penghargaan
atas Prestasi dan Kontribusi: Keputusan untuk memberikan
penghargaan kepada murid atau staf yang menunjukkan sikap positif atau
mencapai prestasi tertentu juga berperan penting dalam menciptakan suasana
yang termotivasi dan penuh semangat.
- Pengembangan
Karakter:
Keputusan yang mendukung pendidikan karakter, seperti mempromosikan
nilai-nilai seperti integritas, tanggung jawab, dan kerja sama, akan
berkontribusi pada terciptanya lingkungan yang aman dan nyaman karena murid akan belajar untuk menghargai dan menghormati satu sama lain.
- Kedisiplinan
yang Konstruktif:
Dalam menghadapi pelanggaran aturan, keputusan yang diambil harus fokus
pada pendekatan yang mendidik, bukan hanya menghukum. Misalnya, pendekatan
disiplin restoratif membantu murid memahami konsekuensi tindakan mereka
dan memperbaiki kesalahan dengan cara yang membangun.
Dengan demikian, penerapan filosofi ini
dalam pengambilan keputusan akan menghasilkan pemimpin yang tidak hanya
efektif, tetapi juga responsif dan berakar pada nilai-nilai budaya yang kuat.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Nilai-nilai yang tertanam dalam diri
kita memiliki pengaruh besar terhadap prinsip-prinsip yang kita ambil dalam
pengambilan keputusan. Berikut adalah beberapa cara di mana nilai-nilai
tersebut memengaruhi proses pengambilan keputusan:
1. Dasar Moral dan
Etika
Nilai-nilai mendasari apa yang kita
anggap benar atau salah. Ketika dihadapkan pada suatu keputusan, kita cenderung
memilih opsi yang sesuai dengan norma dan etika yang kita anut.
2. Prioritas dan
Tujuan
Nilai-nilai membentuk prioritas kita.
Misalnya, jika kita menghargai keluarga, keputusan yang diambil mungkin akan
lebih mempertimbangkan dampaknya terhadap kehidupan keluarga dibandingkan
dengan keuntungan finansial semata.
3. Respon terhadap
Situasi
Nilai-nilai memengaruhi cara kita
merespons situasi tertentu. Seseorang yang menghargai kejujuran, misalnya, akan
lebih cenderung untuk memilih transparansi dalam komunikasi, meskipun mungkin
ada risiko yang terlibat.
4. Pengaruh
Lingkungan dan Budaya
Lingkungan dan budaya tempat kita
tumbuh membentuk nilai-nilai kita. Ini memengaruhi cara kita mengambil
keputusan, terutama dalam konteks sosial. Kita mungkin lebih mempertimbangkan
dampak keputusan terhadap komunitas atau masyarakat luas.
5. Keterbukaan
terhadap Perspektif Lain
Nilai-nilai juga memengaruhi
keterbukaan kita terhadap pandangan orang lain. Individu yang menghargai
keragaman mungkin lebih terbuka untuk mendengarkan berbagai sudut pandang
sebelum membuat keputusan.
6. Resilience dan
Adaptasi
Nilai-nilai tertentu, seperti optimisme
dan keberanian, dapat memberikan kekuatan untuk menghadapi tantangan dalam
pengambilan keputusan. Nilai-nilai ini mendorong kita untuk tetap tenang dan
bertindak meskipun dalam situasi yang sulit.
7. Akuntabilitas dan
Tanggung Jawab
Ketika kita memiliki nilai-nilai yang
kuat terkait akuntabilitas, kita lebih cenderung untuk mengambil tanggung jawab
atas keputusan yang kita buat dan mempertimbangkan konsekuensinya dengan
serius.
Secara keseluruhan, nilai-nilai dalam
diri kita menjadi kompas yang membimbing dan mempengaruhi cara kita menilai
situasi, memilih opsi, dan bertindak. Oleh karena itu, penting untuk memahami
dan mengembangkan nilai-nilai positif agar dapat mengambil keputusan yang lebih
bijaksana dan berkelanjutan.
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
Materi pengambilan keputusan sangat
relevan dengan kegiatan coaching, terutama dalam konteks bimbingan dan
pendampingan selama proses pembelajaran.
Coaching memberikan ruang bagi individu
untuk merefleksikan keputusan yang telah diambil. Fasilitator dapat membantu
peserta mengevaluasi efektivitas keputusan tersebut melalui
pertanyaan-pertanyaan yang mendalam. Misalnya, “Apa hasil yang diharapkan dari
keputusan ini? Apakah hasilnya sesuai dengan harapan?” Pendamping dapat
membantu peserta dalam mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari keputusan
yang diambil. Diskusi ini dapat mencakup aspek-aspek seperti analisis risiko,
dampak jangka panjang, dan bagaimana keputusan tersebut sesuai dengan
nilai-nilai pribadi.
Coaching mendorong individu untuk
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang lebih dalam. Jika keputusan yang diambil
ternyata tidak efektif, fasilitator dapat membantu peserta untuk bertanya, “Apa
yang bisa saya pelajari dari situasi ini?” atau “Bagaimana saya bisa mendekati
masalah ini dengan cara yang berbeda?”. Proses coaching membantu individu untuk
mengembangkan keterampilan dalam pengambilan keputusan dengan memperkenalkan
teknik-teknik analisis, seperti SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities,
Threats) atau metode pengambilan keputusan berbasis data. Ini meningkatkan
kemampuan mereka untuk membuat keputusan yang lebih informasional di masa
depan.
Setelah mengevaluasi keputusan yang
telah diambil, coach dapat membantu peserta merumuskan rencana tindakan untuk
langkah selanjutnya. Ini termasuk strategi untuk mengatasi tantangan yang
mungkin muncul dan mengoptimalkan peluang yang ada. Coaching juga memberikan
dukungan emosional yang diperlukan untuk menghadapi ketidakpastian. Dalam
proses pengambilan keputusan, seringkali muncul keraguan dan rasa takut.
Fasilitator dapat membantu peserta untuk merasa lebih percaya diri dalam
keputusan mereka dan mengatasi ketidakpastian tersebut.
Dengan adanya proses coaching, individu
dapat memperkuat komitmen mereka terhadap keputusan yang diambil. Melalui
diskusi dan refleksi, mereka dapat lebih memahami alasan di balik keputusan
tersebut, yang membuat mereka lebih berkomitmen untuk menjalankannya. Dengan
demikian, pengambilan keputusan dan coaching saling melengkapi dalam mendukung
individu untuk belajar dari pengalaman mereka. Melalui bimbingan yang efektif,
individu dapat mengevaluasi keputusan yang telah diambil, menggali
pertanyaan-pertanyaan yang masih ada, dan mengembangkan keterampilan yang
diperlukan untuk membuat keputusan yang lebih baik di masa depan.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial
emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya
masalah dilema etika?
Kemampuan guru dalam mengelola dan
menyadari aspek sosial emosionalnya sangat penting dalam pengambilan keputusan,
terutama dalam situasi yang melibatkan dilema etika. Guru yang memiliki
kemampuan sosial emosional yang baik dapat lebih mudah memahami perspektif murid dan rekan kerja. Ini memungkinkan mereka untuk mempertimbangkan dampak
keputusan yang diambil terhadap semua pihak yang terlibat. Dalam menghadapi
dilema etika, guru perlu mengelola emosi mereka sendiri. Kemampuan untuk tetap
tenang dan rasional membantu dalam membuat keputusan yang lebih objektif dan
tidak terbawa perasaan.
Guru yang mampu mengelola aspek
sosial emosional cenderung lebih baik dalam berkomunikasi. Mereka dapat
menjelaskan alasan di balik keputusan yang diambil dengan jelas, sehingga
mengurangi potensi konflik. Dengan kesadaran sosial yang tinggi, guru lebih
mungkin melibatkan siswa dan orang tua dalam proses pengambilan keputusan. Ini
menciptakan rasa keterlibatan dan tanggung jawab bersama.
Guru yang reflektif dan peka
terhadap aspek sosial emosional cenderung lebih mampu belajar dari pengalaman
sebelumnya, termasuk kesalahan dalam pengambilan keputusan, dan menerapkan
pelajaran tersebut di masa mendatang. Secara keseluruhan, kemampuan sosial
emosional guru tidak hanya mempengaruhi bagaimana mereka menghadapi dilema
etika, tetapi juga membentuk lingkungan belajar yang lebih positif dan
mendukung.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Pembahasan studi kasus
yang berfokus pada masalah moral atau etika dalam konteks pendidikan akan
sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianut oleh seorang pendidik. Dalam
studi kasus semacam ini, pendekatan etis yang digunakan pendidik untuk
memecahkan masalah akan mencerminkan prinsip-prinsip moral pribadi mereka,
profesionalisme, serta standar etika yang diterapkan di lingkungan pendidikan. Saat
membahas masalah moral atau etika, nilai-nilai seorang pendidik akan
mempengaruhi cara mereka menilai situasi, memilih tindakan, dan mempertimbangkan
dampak keputusan mereka. Studi kasus yang dibahas dengan pendekatan nilai-nilai
ini mencerminkan integritas pribadi sekaligus tanggung jawab profesional
pendidik terhadap siswa dan komunitas sekolah.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada
terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan yang tepat dalam
konteks pendidikan memiliki dampak signifikan terhadap terciptanya lingkungan
yang positif, kondusif, aman, dan nyaman bagi semua pihak yang terlibat, baik murid, guru, maupun staf sekolah. Untuk memastikan keputusan yang diambil
menghasilkan lingkungan seperti itu, beberapa prinsip harus diperhatikan oleh
seorang pendidik atau pemimpin pendidikan:
Pengambilan keputusan yang tepat dalam
dunia pendidikan tidak hanya berdampak pada penyelesaian masalah, tetapi juga
memiliki implikasi jangka panjang terhadap terciptanya lingkungan yang positif,
kondusif, aman, dan nyaman. Dengan melibatkan nilai-nilai etis, partisipasi
seluruh pemangku kepentingan, serta fokus pada kesejahteraan fisik dan
emosional, pendidik dapat menciptakan suasana belajar yang mendukung
pertumbuhan akademis dan karakter siswa.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat
menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah
kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Tantangan yang saya temukan diantaranya:
Inkonistensi dalam Penerapan Aturan: Jika aturan tidak diterapkan secara konsisten, hal ini dapat menciptakan rasa ketidakadilan di antara murid dan staf, yang pada akhirnya mempersulit pengambilan keputusan etis yang transparan dan dapat diterima oleh semua pihak.
Tekanan dari Pihak Eksternal: Sering kali, ada tekanan dari orang tua, masyarakat, atau otoritas yang memengaruhi keputusan yang diambil dalam menghadapi dilema etika. Hal ini bisa menciptakan situasi di mana pendidik atau pihak sekolah merasa tertekan untuk membuat keputusan yang mungkin tidak sejalan dengan prinsip etika profesional, hanya untuk menyenangkan pihak-pihak tertentu.
Paradigma Pendidikan yang Berubah: Perubahan paradigma pendidikan yang lebih berfokus pada pendekatan humanis, holistik, dan berbasis inklusi sering kali bertentangan dengan pendekatan tradisional yang lebih berbasis hierarki dan disiplin kaku. Misalnya, pergeseran dari pendekatan hukuman ke pendekatan restoratif dalam menangani pelanggaran disiplin murid dapat menimbulkan dilema etika bagi guru yang masih berpegang pada pendekatan lama.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran
yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran
yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Pengambilan keputusan yang diambil oleh pendidik memiliki pengaruh besar terhadap terciptanya pengajaran yang memerdekakan murid. Prinsip pembelajaran yang memerdekakan menekankan pada memberikan kebebasan kepada murid untuk berpikir kritis, menggali potensi diri, dan berpartisipasi aktif dalam proses belajar. Untuk mencapai hal ini, keputusan yang diambil oleh pendidik harus berlandaskan pada pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan, potensi, dan keunikan setiap murid.
Pengambilan keputusan dalam pengajaran yang memerdekakan murid harus selalu berpusat pada pengembangan potensi individu mereka dan menciptakan ruang bagi kebebasan berpikir serta kreativitas. Untuk memutuskan pembelajaran yang tepat bagi murid yang memiliki potensi berbeda-beda, pendidik perlu memahami kebutuhan murid, fleksibel dalam pendekatan, dan menyediakan lingkungan yang inklusif dan mendorong partisipasi aktif. Dengan membuat keputusan yang mendukung perkembangan holistik murid, pendidik tidak hanya mengajarkan pengetahuan, tetapi juga memberdayakan murid untuk menjadi individu yang mandiri, kritis, dan siap menghadapi tantangan kehidupan.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat
mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran memiliki dampak jangka panjang yang signifikan terhadap kehidupan dan masa depan murid-murid. Dari menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung, hingga memastikan akses pendidikan yang berkualitas dan relevan, setiap keputusan dapat membentuk karakter, keterampilan, dan peluang murid dalam menghadapi dunia. Pemimpin pembelajaran yang bijaksana dan peduli tidak hanya akan mempersiapkan murid untuk sukses akademis, tetapi juga membekali mereka dengan keterampilan dan nilai-nilai untuk menjadi individu yang mandiri, berpikir kritis, dan berkontribusi positif bagi masyarakat di masa depan.
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul
materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Secara keseluruhan, pembelajaran dari modul ini memperkuat pentingnya pengambilan keputusan etis, berbasis nilai, dan berpusat pada murid sebagai fondasi dalam kepemimpinan pendidikan. Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran memiliki dampak besar pada masa depan murid, dan harus selalu mendukung pengembangan potensi, kesejahteraan, dan karakter murid. Keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya terlihat jelas dalam bagaimana pemimpin pembelajaran harus memperhatikan aspek-aspek seperti pengajaran yang memerdekakan, diferensiasi pembelajaran, dan pendekatan holistik untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih inklusif, adil, dan relevan dengan kebutuhan dunia modern.
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Secara keseluruhan, modul ini memberikan wawasan yang mendalam tentang cara membuat keputusan yang tidak hanya tepat dari segi hasil, tetapi juga sesuai secara moral dan etis serta dapat dipertanggungjawabkan dihadapan manusia dan Tuhan. Penggunaan kerangka kerja seperti empat paradigma dan prinsip-prinsip pengambilan keputusan memberikan pemahaman yang lebih jelas tentang kompleksitas dilema etika yang sering dihadapi pemimpin dalam pendidikan dan kehidupan profesional.
Yang mengejutkan adalah betapa sistematisnya pendekatan pengambilan keputusan etika dalam modul ini. Saya menyadari bahwa pengambilan keputusan moral sering dianggap sebagai proses internal yang intuitif, tetapi dalam kenyataannya, ada metode yang sangat terstruktur untuk membantu pemimpin dalam situasi kompleks.
Saya juga terkesan oleh betapa seringnya dilema etika tidak memiliki solusi yang jelas benar atau salah. Seringkali, keputusan yang diambil akan menimbulkan ketidakpuasan atau kerugian bagi beberapa pihak, bahkan ketika semua pertimbangan etis sudah dilakukan dengan cermat.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan
keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa
bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Pernah, Perbedaan yang saya rasakan bahwa tadinya saya tidak mengenal paradigma-paradigma dilema etika serta tidak mengenal 9 langkah-langkah pengambilan keputusan akan tetapi ternyata keputusan yang telah saya ambil dan saya buat dapat sesuai dan sejalan dengan paradigma, prinsip dan 9 langkah pengambilan keputuasan tersebut
Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan
apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah
mengikuti pembelajaran modul ini?
Keputusan yang saya ambil kedepannya apabila menjumpai kasus dilema etika kembali saya akan mencoba menjalankan tahap-tahap pengambilan keputusan yang tidak jauh berbeda dari yang telah saya lakukan sebelumnya hanya perlu memoles di beberap ahal yang masih kurang singkron seperti melalui berbagai uji pada 9 langkah pengambilan keputusan.
Pangkalpinang, 24 Oktober 2024
Teregerak
Bergerak
Menggerakkan
Terimakasih.