Minggu, 04 Juli 2021

Memori

       Ingatan ku jauh terbang ke masa lalu, selalu ku pilih bangku terakhir di dekat pojok jendela kayu mobil penumpang yang entah mengapa walaupun sesak berhimpitan aku lebih merasa tenang daripada harus naik bisa kota. Pandangan ku nanar melihat sisi mengular belukar dan aliran parit sepanjang jalan menghilangkan kejenuhan. Seperti biasa jangan kan bicara tuk menyapa pun ku enggan, aku sibuk dengan putihnya awan berarak, burung pelatuk yang terbang diantara belukar, khayalan ku pun hinggap entah dimana. Ibu itu bertanya "kau mau kemana nak?" Pecah sudah lamunanku, Tergagap-gagap ku menjawab "sakatiga" Dengan mengerutkan dahi iya bertanya kembali "sakatige nyo di mano?" Rasanya ingin "menepuk jidad" karena geram namun ku jawab juga pertanyaan nya "ke rumah guru ngaji ku ustazah Bahar" "Oooo mengaji ngan Bahar" katanya lagi, aku hanya mengangguk saja tanda sepakat. "Nah pinggir" iya meminta kernek mobil menekan bel agar berhenti "naiklah perahu itu" katanya padaku, "terimakasih saya duluan" Aku pun turun dari mobil kayu itu, ada perasaan lega melihat sungai di depan mata dan biduk kecil didayung perlahan-lahan membuat ku semakin menikmati keindahan sungai di kala air pasang.

        Banyak hal yang kurindukan disini, banyak hal yang selau membuat ku ingin kembali, pohon sawo besar yang menaungi jalan setapak, rumah panggung kayu yang sederhana, orang-orang ramah yang membuat ku tertunduk malu. 

         Sudah dua dasawarasa, waktu begitu cepat bergulir aku bukanlah remaja yang warawiri mencari ilmu lagi, dan selama itu pun aku tak pernah kembali. Adakah yang kurindukan masih ada kini? Ku buat waktu sebagai tersangka yang merubah dan mengambil segalanya. Tidak... aku bersalah, salah ku memutuskan silaturahim yang pergi tak ingat pulang, kesalahan ku tidak merespon getaran rindu yang menggema di lubuk hati, aku ingin pulang menemui murobbi ku, aku ingin pulang melihat pondok tempatku pernah singgah menimba ilmu, ku rindu kan kehangatan persaudaraan walaupun saat itu ku hanya singgah sebentar.

Disaat +62 berduka dengan tingginya angka kematian efek covid, 

4Juli2021

Derliana



7 komentar:

  1. Memori adalah pengalaman masa lamapu yang hidup kembali dalam ingatan. Tulisan yang bagus.

    BalasHapus
  2. Wow... aku jadi rindu dengan suara merdu aliran sungai Musi, juga orang-orang tercinta yang dari merekalah aku belajar berbudi. Semoga kondisi semakin membaik agar cik gu Derli segera bertemu murobbi.

    BalasHapus
  3. Tidak bisa saya pungkiri ketika seseorang menarasikan atau menceritakan memori-memori masa lalu (khususnya kerinduan dan kenangan), sungguh jiwa ini memberontak ingin rasanya menggulung benang waktu yg tidak mungkin ditarik kembali. Apalagi Bu Derliana menceritakan hal-hal yg berhubungan dengan mengaji. Rinduuuuuuuu suasana nya (tadarusan dan samper/antar teman sambil membawa obor atau lampu tempel). 🥺🥺

    BalasHapus
  4. Bagus tulisan nya Bu...
    Bahasa kalbunya ...Mantul

    BalasHapus
  5. Tulisannya bagus bu Derliana.... saya tunggu tulisan-tulisan berikutnya...

    BalasHapus

peduli

Aku keguguran, Kuhatus merawat anak2 ku  Si abangbpositif covid Adek rewel masih kelelahan Sang ayuk tak persuli ia hanya pulang saat lapar ...