Resume 17
KONSEP BUKU NON FIKSI
Narasumber : Musiin,M.Pd.
Mooderator : Mr.Bams
Kelas menulis kita malam
ini kembali menampilkan Mr.Bams sebagai moderator dan Ibu Musiin,M.Pd sebagai
narasumber. Ibu Musiin atau biasa dipanggil Bu Iin memiliki hobi
membaca buku, menulis, travelling dan
memasak. Ibu Iin lahir di kota Tahu Takwa Kediri adalah seorang guru Bahasa Inggris di SMPN 1 Tarakan Kediri sejak
tahun 1998.
Mr. Bams memulai acara dengan mengucapakan salam:
“Assalamualaikum
w.w. Salam sejahtera untuk kita semua. Salam Literasi”
Mr Bams mengatakan:
“Seijin
Omjay, ijinkan saya Mr. Bams memulai kegiatan kelas malam ini.”
Kembali kuliah malam
ini dilakukan masih dalam suasana istirahat total dan mungkin ada yang sedang
isoman. Mr.Bams pun mengajak seluaruh peserta mendo’akan guru bloger kita OmJay
masih belum pulih kesehatannya agar
diberikan kesembuhan. Teriring do’a untuk seluruh peserta dan bangsa ini agar
segera bisa pulih dan bangit untuk membangun negeri.
Sebelum memberikan
materi kuliah malam ini Ibu Iin memberikan intermezo berupa semangat dan
pencerahan dari pengalaman pribadi beliau bahwa beliau telah berhasil
mengalahkan ketakutan dari dirinya sendiri. Ketakutan yang dapat merendahkan
potensi dirinya untuk menulis. Bu Iin mengatakan
“Ketakutan yang
saya rasakan ketika menulis buku adalah sebagai berikut:
1. Takut tidak ada yang membaca.
2. Takut salah dalam menyampaikan pendapat
melalui tulisan.
3. Merasa karya orang lain lebih bagus.
Ketakutan itu yang
sering kali membuat saya konyol dengan hanya duduk berjam-jam di depan laptop,
namun tidak menulis apapun.”
Panjang
sekali cerita Ibu Iin tentang awal menulis, beliau mengatakan menulis bukanlah
keterampilan yang mudah. Berbagai penelitian bahasa menunjukkan di antara empat
keterampilan berbahasa, menulis dianggap paling sulit. Menulis tidaklah semudah
berbicara, sebelum mulai menulis kita harus mempunyai alasan mengapa harus
menulis? Alasan apa yang membuat kita ingin
menjadi penulis harus benar-benar kita pikirkan secara seksama dan tepat
sehingga muncul atau timbul tekat yang kuat untuk menjadi penulis.
Awal
dari materi kuliah malam ini adalah membahas buku nonfiksi. Dalam penulisan
buku nonfiksi ada 3 pola yakni:
1. Pola
Hierarkis : Buku disusun berdasarkan tahapan dari mudah ke sulit atau dari
sederhana ke rumit, Contoh: Buku Pelajaran
2. Pola
Prosedural : Buku disusun berdasarkan urutan proses. Contoh: Buku Panduan
3. Pola
Klaster : Buku disusun secara poin per poin atau butir per butir. Pola ini
diterapkan pada buku-buku kumpulan
tulisan atau kumpulan bab yang dalam hal ini antarbab setara.
Selanjutnya Bu Iin menlanjutkan materi tentang proses
penulisan buku yang beliau bagi dalam 5 langkah yakni
1. Pratulis
:
Masuk dalam bagian tahapan pratulis
antara lain: menentukan tema, menemukan ide, merencanakan jenis tulisan,
mengumpulkan bahan tulisan, bertukar pikiran, meyusun daftar, meriset,membuat
mind mapping, menyusun kerangka.
2. Menulis
Draf
Dalam menulis draf yang perlu
diakukan antara lain: menuangkan konsep tulisan ke tulisan dengan prinsip bebas
dan perlu di tekankan agar tidak mementingkan kesempurnaan, tetapi lebih pada
bagaimana ide dituliskan.
3. Merevisi
Draf
Untuk meevisi draf yang perlu
diakukan antara lain: merevisi sistematika / strutur tulisan serta memeriksa
gambaran besar naskah
4. Menyunting
Naskah
Pada tahapan ini perlu sekali
ketelitian dalam memerikasa ejaan, tata bahasa, diksi, data/fakta, legalitas
dan norma yang ada dalam naskah.
5. Menerbitkan
Ini adalah langkah terakhir proses
menerbitkan buku.
Banyak sekali hambatan yang muncul ketika kita ingin menulis
Bu Iin menberikan contoh hambatan-hambatan yang acapkali datang menyerang
penulis antara lain: hambatan waktu, hilangnya daya kreativitas, gangguan
teknis, hilang fokus atau tujuan, sampai pada gangguan psikologis. Cara mengatasi
hambatan / gangguan tersebut adaah dengan
cara refresing, mencari insfirasi keberbagai tempat dapat juga silaturahmi
kelingkungan sekitar, melakukan sesuatu yang menyenangkan, berkunjung ke
perpustakaan untuk membaca berbagai reverensi dan sebagainnya.
Pelajaran yang sangat berharga diperoleh malam ini dari
pemaparan tentang konsep buku nonfiksi. Yang dapat saya ambil adalah mari lakukan
segera apabila ada ide yang terlintas di kepala dengan menuangkannya dalam
bentuk tulisan sehingga ide-ide yang gentayangan di pikiran dapat menjadi
sebuah karya yang bermakna, sangat disayangkan apabila sudah memiliki gagasan
atau ide namun tidak sempat menjadi sesuatu hingga ide tersebut hilang seiring
waktu dan kita mengalami kejenuhan.
Buah pare pahit rasanya,
Namun tak sepahit
sambilotoh,
Meskipun sulit
menuangkannya,
Tidaklah serumit menjadi
contoh.
Pangkalpinang
Derliana,S.Si
Sukses. Semangat!
BalasHapus😊
BalasHapus