Rabu, 18 Agustus 2021

resume 15, Pak D Susanto

 

Proofreading Sebelum Menerbitkan Tulisan

RESUME 15



            Ketika berada pada situasi yang sulit menulis itu jadi agak berbeda, sepertimya setiap situasi yang dilalui akan memberikan warna tersendiri buat sebuah karya, saat riang dan gembira tulisan pun akan merasankan warna kegembiraan yang ada, saat hati bersedih tulisan juga menampakkan raut goresan kesedihan, lalu bagaimana menyamarkan keadaan sehingga tidak tanpak oleh pembaca bahwa sang penulis sedang mengalami suatu kejadian apa? Seperti saat ini bisa dikatakan semua tidak baik-baik saja, leptop tua yang medampingi pun juga terkontaminasi situasi yang memang diluar kemauan, harus selesai dan harus dipaksakan.

            “Siapkan semangat, singsingkan lengan bajunya, gerakan jemarinya serta tuangkan ide-ide menariknya. Menulislah untuk me-merdeka kan pikiran, se-merdeka nya 17 Agustus sebagai hari kemerdekaan” kalimat pembuka dari sang moderator Ibu Maesaroh yang memberikan motifasi dan semangat buat para peserta kuliah malam ini. Bu Mae pun melajutkan :

“Assalamualaikum Wr.Wb.

“Selamat malam Bapak/Ibu Pegiat Literasi Se-Nusantara!”

“Berjumpa kembali dengan saya Maesaroh, M.Pd, Sang Blogger Millenial.”

Ada cerita sedih tersisip pada pembukaan kuliah malam ini, marilah sejenak kita bersama mendo’akan kedua orang tua dari Ibu Maesaroh agar dilindungi, diberikan kekuatan, ditambah kesabarannya, dan dikurangi rasa sakitnya dengan kesembuhan oleh Allah SWT, Aaminn.

Narasumber malam ini Beliau merupakan seorang Guru Kelas SDN Mardiharjo, Kab. Musi Rawas, Prov. Sumatera Selatan, yang dilahirkan Gombong Kebumen, 29 Juni 1971. Lulus S1 Pendidikan Bahasa Indonesia dan S1 Pendidikan Guru SD. Beliau bernama Susanto,S.Pd atau akrab di sapa Pak D.

Pertama kali gabung dengan grup penulis ini aku memiliki memori dengan Pak D, tanggal 4 juli 2021 sebagai tulisan perdana yang saya tuliskan di blog dengan alamat https://matcikgu.blogspot.com/2021/07/memori.html?m=1 dan saya share di grup langsung mendapat respon oleh Pak D, Beliau mengatakan :

Memori adalah pengalaman masa lampau yang hidup kembali dalam ingatan. Tulisan yang bagus. Sering menulis dan tidak terburuakan membuat tulisan semakin enak dibaca dan dinikmati. Padek nian.”

Sebagai penulis pemula saya sangat senang menerima respon dan nasehat walau pun saya tidak mengenal siapa yang memberikan komentar dan nasehat tersebut.

Kembali ke Sosok Pak D Susanto, Beliau adalah Seorang yang sangat mahir dalam editing sehingga kemahiran itu mengantarkan beliau menjadi seorang editor pada komunitas pelatihan menulis asuhan Om Jay.

Kuliah malam ini dibuka dengan mengucapkan Basmalah.

Pak D Susanto menjelaskan materi satu persatu, saya mencoba membaca setiap teks yang disampaikan dengan seksama mulai dari kata penting “Proofreading sering disebut dengan uji-baca adalah membaca ulang sebuah tulisan, tujuannya adalah untuk memeriksa apakah terdapat kesalahan dalam teks tersebut, Proofreading adalah aktivitas memeriksa kesalahan dalam teks dengan cermat sebelum dipublikasikan atau dibagikan.”

Kegiatan proofreading merupakan kegiatan akhir setelah tulisan diselesaikan. Seperti  yang di jabarkan Pak D Susanto:

“Hal ini sangat sesuai dengan nasihat para pakar menulis, yakni: "Tulis saja, jangan pedulikan teknis. Salah nggak papa mumpung ide masih mengalir. Jika sudah selesai, barulah kita lakukan editing."”

Ketika "sedang" menulis, muncul keinginan agar tulisan ini harus sempurna. Sehingga, muncul banyak sekali kehawatiran. Inilah yang paling sering dirasakan dialami sehingga untuk menuangkan ide yang sudah ada di kepala terasa berat dan menambah beban pada saat merangkai kata menjadi sebuah tulisan, bahkan sebelum tinta tergores pun ketakutan memunculkan rasa tidak percaya diri atau target yang terlalu tinggi hingga tak dapat dijangkau. Atau sikap terburu-buru ingin cepat selesai sehinggga apa yang kita sampaikan dalam bentuk tulisan masih banyak mengalami kesalahan pengetikan, typo, tanda baca yang tidak sesuai, ejaan yang kurang pas, konsitensi pengunaan nama atau istilah, pemengalan kata, bahkan tidak sesuai dengan kaidah KBBI PIUBI.

Pak D Susanto melanjutkan:

“Jadi, proofreading tidak sekadar menyoroti kesalahan tanda baca atau ejaan, tetapi juga logika dari sebuah tulisan, apakah sudah masuk di akal atau belum. Seorang proofreader juga harus memastikan bahwa tulisan yang sedang ia uji-baca bisa diterima logika dan juga  harus dapat mengenali apakah sebuah kalimat efektif, struturnya sudah tepat atau belum, hingga memastikan agar substansi tulisan dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca. Tugas seorang proofreader adalah untuk membuat teks mudah dipahami pembaca dan tidak kehilangan substansi awalnya”

Ada kesan yang ditangkap bahwa  proofreading ini hampir sama atau bahkan sama saja dengan editing, namu ternyata kedua hal ini jauh berbeda fungsinya. Pak D Susanto menjelaskan bahwa editing lebih fokus pada aspek kebahasaan, sedangkan proofreading selain aspek kebahasaan, juga harus memperhatikan isi atau substansi dari sebuah tulisan. Pengeditan merupakan proses yang melibatkan perubahan besar pada konten, struktur, dan bahasa, sedangkan proofreading hanya berfokus pada kesalahan kecil dan inkonsistensi.

Pak D Susanto sangat menekankan dalam kata-katannya:

“Tugas seorang proofreader bukan hanya membetulkan ejaan atau tanda baca, ya.”

            Penulisan resume ini sebenarnya belum rampung utuh masih panjang cerita dari Pak D Susanto yang belum sempat kurunut satu-persatu karena keterbatasan energi. Semoga masih bisa dilanjutkan di kemudian hari.

 

Pangkalpinang, 18 Agustus 2021

Derliana

 

2 komentar:

peduli

Aku keguguran, Kuhatus merawat anak2 ku  Si abangbpositif covid Adek rewel masih kelelahan Sang ayuk tak persuli ia hanya pulang saat lapar ...