Oleh : Derliana,S.Si
Saya memandang dan menganggap anak-anak adalah anak-anak seperti anak-anak pada umumnya, dengan tingkah polah yang beragam, dengan kenakalan dan kejahilannya, anak-anak adalah objek yang akan diberikan ilmu sebagai bekal dan mereka harus menerimanya semapunya dan apa adanya. Namun, karena saya seorang guru matematika saya cenderung memilih dan memilah anak-anak yang mau berpikir cepat, teliti, dan bernalar kritis serta giat berlatih. intinya selama ini saya lebih condong pada siswa yang pintar dan kurang perhatian dengan siswa yang tidak berminat dengan bidang matematika di dalam kelas maupun di lingkungan sekolah. Sekolah pun memberikan fasilitas kepada saya untuk membina anak-anak spesial ini dengan serius untuk menaikkan nilai dan citra baik sekolah.
Anak-anak SMK (STM) tempat saya bertugas adalah anak-anak sedang yang berangkat menuju dewasa, masih tersisa sifat kekanak-kanakanya saat awal kelas x, setelah itu mereka ingin sekali diakui dirinya sebagai manusia dewasa dengan pikiran yang belum sepenuhnya dewasa, ego yang tinggi, serta cenderung semaunya, masih ingin diperhatikan tapi malu atau gengsi menunjukkan bahwa mereka butuh bimbingan.
Pendidikan Calon Guru Penggerak, membawa saya bermetamorfosa. modul 1.1 tentang filosofi pemikiran KHD, dimana di dalamnya terdapat pemikiran-pemikiran yang dalam tentang pendidikan, tentang kodrat anak-anak, tentang kemerdekaan diri dan memerdekakan orang lain, tentang budaya dan budi pekerti, semua berpadu, bagaimana sebaiknya sebagai pendidik menyikapi memberikan melayani anak-anak sesuai kodratnya. Menuntun anak-anak kearah kebaikan tanpa mengkotak-kotakkan, memberikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan kodratnya, menebalkan sisi buram yang positif agar mencapai kebahagiaan dan kemerdekaan dalam belajar. Ibaratnya menaman bibit harus kita rawat, disiram, dipupuk dan diperlakukan dengan baik agar menghasilkan tanama yang tumbuh subur baik dan berbunga seprti yang kita inginkan.
Dari membaca modul, mengikuti setiap kegiatan yang telah dijalani dua pekan ini belajar banyak dari pengarahan dan pengalanan, Ibu/Bapak fasilisator, Pengajar Praktik, serta Instruktur, saya mulai menemukan diri, bahwa saya harus memiliki hati yang bersih dan tulus menerima anak-anak tersebut sesuai dengan kemampuan lahirnya. Tugas saya adalah menebalkan tanpa memaksakan. Saya tahu tak semua anak memiliki kecerdasan numerikal akan tetapi hal ini dapat diasah dan ditebalkan lewat kemampuan dasar yang mereka miliki sejak lahir. Memang saya tidak dapat merubah kecerdasaan bawaan lahir anak namun saya harus dapat mensinkronkan matematika ini dengan kemampuan yang mereka miliki, karena saya percaya Allah menciptakan manusia itu sempurna, saya perlu menempanya perlahan-lahan jangan memaksakan yang dapat membuatnya patah. Saya menjadi guru yang tidak memilih mendidik siswa siswa yang cerdas berbakat saja akan tetapi saya sekarang memilih mendidik semuanya.
Yang ingin saya lakukan di pertemuan kelas yang baru adalah segera memetakan kemapuan anak-anak sehingga saya dapat memberikan ilmu dan bimbingan sesuai dengan kebutuhan belajarnya. Lebih mencoba mengenal anak-anak dari kultur, budaya dan kebiasaan mereka sehingga pembelajaran yang akan diberikan benar-benar dapat tersampaikan dengan baik dengan dengan persaan senang dan gembira. saya juga akan mencoba membuat games-games dalam pembelajaran operasi bilangan untuk memancing dan membangkitkan semangat belajar matematika, sehingga image matematika sebagai momok menakutkan serta pelajaran untuk orang pintar saja itu dapat hilang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar